Jumat, 26 Oktober 2012

Posted by Byyou Pradana On 03.00
Ucapan Selamat Idul Adha Bahasa Inggris

On This Holy Occasion of Eid-al-adha,
May The Blessings of God Lighten up ur Way,
And Lead You to Happiness, Success & Peace,
Have a Very Happy Eid-ul-Adha

Eid ul Adha is eid of sacrifice
And commitment to Allahs orders
May Allah bless us with the same in all circles of life
And help all amongst us
Who are helpless,worried

Kata-Kata Selamat Idul Adha

Hampir semua wajah umatMU berseri-seri..
Sebagian karena menikmati daging yang tak pernah mereka nikmati kecuali dihari Raya-MU.
Sebagian umatMU yang lain tersenyum karena menikmati indahnya berbagi pada sesama.
Sebagian karena suka cita kebersamaan yang tercipta.

Kami sadar ya Allah..
Kau tak butuhkan daging-daging itu..
Dan, sesungguhnya bukan daging itu yang akan membawa pemberinya ke Surga-MU
Kau hanya ciptakan semua ritual itu sebagai sebuah jembatan
Hanya niat tulus tanpa pamrihlah yang memberi arti bagi orang-orang yang membangun dan berhasil melewati jembatanMU itu.

Qurban adalah semangat berbagi.
Damai di hati. Damai di bumi.
Selamat Idul Qurban..

Kala takbir berkumandang.
Ayam & bebek lari ke kandang.
Sapi & kambing menjadi kurban.
Babi hanya tersenyum malu karena belum masuk Islam..
Selamat Hari Raya Idul Adha ..


SMS Lucu Idul Adha 2012

Usahakan setahun ini.
Kamu jaga kesehatan & makan yg banyak.
Aku gak mau pd waktunya nanti km:
-kurus
-ga bertenaga
-sakit2an
Tanda sayang dr :
PANITIA QURBAN :D
Met Idul Adha..


** 
((___))
‘( + + )’–.–.–.–.–.,
( ) “ @ ‘:_/’+
* ‘- i – i – :_:’

Nih aku sapi buat saudarAku.
Tapi sayang gak bisa dipotong utk qurban. :D
Happy ied Mubarak ..


Pak RT.
Pak RW.
Pak Lurah.
Pak Camat.
Pak Bupati.
Saya dan segenap keluarga kampung.
Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha.
Menuju hidup mandiri.
Allahuakbar..!!!
Selamat Hari Raya Idul Adha..

Jangan lupa Tonton Qurban break ! (masih sodaraan sama prison break).
Semoga hari ini.
Kamu berhasil kabur sebelum di potong yaa.. :D


Heii sobat.. 
Gimana kabarmu ?
Ati2 yah..
Tadi panitia DKM kehilangan 1 kambing. 
Berita terakhir si kambingny lg sms’an sama aku..
hehe.. 
Met idul Adha.. 
Minal aidin walfaidzin..



Met Idul Adha ya teman2..
Ayo coba buat kamu yg di rumah.
yg banyak daging kurban.
Bagi2 sama anak kost dong.
Pengen nyate kambing nih..
hehe..


SMS Selamat Idul Adha Terbaru 2012

Daging (qurban) dan darahnya itu sekali – kali tidak akan sampai kepada ALLAH, tetapi yang sampai kepada-NYA adalah ketakwaan kamu. (QS. Al-Hajj ayat 37). Selamat hari Idul Adha.

Kami sekeluarga mohon maaf lahir-batin. Selamat idul Adha. Semoga perjalanan hidup kita semakin mudah dengan rezeki yang cukup dan berkah. Salam untuk keluarga.

Gema takbir berkumandang memecahkan suasana sepi yang merasuk sukma dan menenangkan jiwa. Semoga suwasana itu jadi bagian di hari raya Qurban ini bagi kita semua. Amin.

Hidup adalah sebuah pencarian. Labuhkan pencarian hidupmu hanya pada Yang Maha Kekal mski penuh pengorbanan. Layaknya pencarian dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang hanif. Selamat hari raya Idul Adha.

Ketulusan hati sering terlukai dengan keegoan. Keikhlasan penghambaan sering terguris dengan keangkuhan. Nabi Ibrahim AS selalu menjadi inspirasi tak bertepi untuk perbaiki diri. Met Idul Adha.

Selamat hari Raya Idul Adha. Semoga ALLAH melimpahkan cinta Nabi Ibrahim AS kepada ALLAH kedalam diri kita sampai akhir hayat kita.

Saudaraku se-Indonesia. Selamat merayakan Idul Adha bersama keluarga tercinta. Mohon maaf atas segala khilaf. Rayakan kemenangan dengan kesyukuran. Taqobalallahu minna wa minkum.

Selamat Hari Raya Idul Adha, Jangan lupa Tonton Qurban break ! (masih sodaraan sama prison break). Semoga hari ini, Kamu berhasil kabur sebelum di potong yaa..

Dan alangkah baiknya kalau kita juga membaca puisi


Merah darah tertumpah lagi mengalir membasahi tanah
Satu tumbang disusul dengan yang satunya
Terjerembab dan terjatuh tanpa daya
Namun bukan itu...
Bukan itu, hanya simbolis belaka
Tapi, ada satu tanya?
Adakah, makna yang sama?
Antara, pengorbananmu dan pengorbanan Ismail dahulu?

Idul Adha telah menghampiri
para pecinta Tuhan sejati
dengan amalan tanda berbakti
pada Ilahi yang Mahasuci
Mohon dirimu sudi melengkapi
dengan mengampuni segala salah
yang kuperbuat selama ini

Langit lebaran telah dibentangkan
Bumi lebaran telah dihamparkan
Kudoakan hatimu seluas langit dan bumi
Cukup untuk menampung dan mengampuni
Semua tindakanku padamu yang menyakiti



SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1433H

Sumber :AAN20

Rabu, 24 Oktober 2012

Posted by Byyou Pradana On 12.12
Peristiwa ini terjadi pada zaman Bani Israil, jauh sebelum diutusnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengisahkannya kepada kita berdasarkan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 بَيْنَمَا ثَلاَثَةُ نَفَرٍ يَتَمَشَّوْنَ أَخَذَهُمُ الْمَطَرُ فَأَوَوْا إِلَى غَارٍ فِي جَبَلٍ فَانْحَطَّتْ عَلَى فَمِ غَارِهِمْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَانْطَبَقَتْ عَلَيْهِمْ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: انْظُرُوا أَعْمَالاً عَمِلْتُمُوهَا صَالِحَةً لِلهِ فَادْعُوا اللهَ تَعَالَى بِهَا، لَعَلَّ اللهَ يَفْرُجُهَا عَنْكُمْ. فَقَالَ أَحَدُهُمْ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَ لِي وَالِدَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَامْرَأَتِي وَلِي صِبْيَةٌ صِغَارٌ أَرْعَى عَلَيْهِمْ فَإِذَا أَرَحْتُ عَلَيْهِمْ حَلَبْتُ فَبَدَأْتُ بِوَالِدَيَّ فَسَقَيْتُهُمَا قَبْلَ بَنِيَّ، وَأَنَّهُ نَأَى بِي ذَاتَ يَوْمٍ الشَّجَرُ فَلَمْ آتِ حَتَّى أَمْسَيْتُ فَوَجَدْتُهُمَا قَدْ نَامَا فَحَلَبْتُ كَمَا كُنْتُ أَحْلُبُ فَجِئْتُ بِالْحِلاَبِ فَقُمْتُ عِنْدَ رُءُوسِهِمَا أَكْرَهُ أَنْ أُوقِظَهُمَا مِنْ نَوْمِهِمَا وَأَكْرَهُ أَنْ أَسْقِيَ الصِّبْيَةَ قَبْلَهُمَا، وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمَيَّ، فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأْبِي وَدَأْبَهُمْ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا فُرْجَةً نَرَى مِنْهَا السَّمَاءَ. فَفَرَجَ اللهُ مِنْهَا فُرْجَةً فَرَأَوْا مِنْهَا السَّمَاءَ، وَقَالَ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمٍّ أَحْبَبْتُهَا كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ وَطَلَبْتُ إِلَيْهَا نَفْسَهَا فَأَبَتْ حَتَّى آتِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ فَتَعِبْتُ حَتَّى جَمَعْتُ مِائَةَ دِينَارٍ فَجِئْتُهَا بِهَا فَلَمَّا وَقَعْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ: يَا عَبْدَ اللهِ، اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَفْتَحِ الْخَاتَمَ إِلاَ بِحَقِّهِ. فَقُمْتُ عَنْهَا، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا فُرْجَةً. فَفَرَجَ لَهُمْ، وَقَالَ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنِّي كُنْتُ اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقِ أَرُزٍّ فَلَمَّا قَضَى عَمَلَهُ قَالَ: أَعْطِنِي حَقِّي فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ فَرَقَهُ فَرَغِبَ عَنْهُ، فَلَمْ أَزَلْ أَزْرَعُهُ حَتَّى جَمَعْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرِعَاءَهَا، فَجَاءَنِي فَقَالَ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَظْلِمْنِي حَقِّي. قُلْتُ: اذْهَبْ إِلَى تِلْكَ الْبَقَرِ وَرِعَائِهَا فَخُذْهَا. فَقَالَ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَسْتَهْزِئْ بِي. فَقُلْتُ: إِنِّي لاَ أَسْتَهْزِئُ بِكَ، خُذْ ذَلِكَ الْبَقَرَ وَرِعَاءَهَا. فَأَخَذَهُ فَذَهَبَ بِهِ، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مَا بَقِيَ. فَفَرَجَ اللهُ مَا بَقِيَ

 “Ketika ada tiga orang sedang berjalan, mereka ditimpa oleh hujan. Lalu mereka pun berlindung ke dalam sebuah gua di sebuah gunung. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung itu lalu menutupi mulut gua mereka. Lalu sebagian mereka berkata kepada yang lain: “Perhatikan amalan shalih yang pernah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan amalan itu. Mudah-mudahan Allah menyingkirkan batu itu dari kalian.”

 Lalu berkatalah salah seorang dari mereka: “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua ibu bapak yang sudah tua renta, seorang istri, dan anak-anak yang masih kecil, di mana aku menggembalakan ternak untuk mereka. Kalau aku membawa ternak itu pulang ke kandangnya, aku perahkan susu dan aku mulai dengan kedua ibu bapakku, lantas aku beri minum mereka sebelum anak-anakku. Suatu hari, ternak itu membawaku jauh mencari tempat gembalaan. Akhirnya aku tidak pulang kecuali setelah sore, dan aku dapati ibu bapakku telah tertidur. Aku pun memerah susu sebagaimana biasa, lalu aku datang membawa susu tersebut dan berdiri di dekat kepala mereka, dalam keadaan tidak suka membangunkan mereka dari tidur. Aku pun tidak suka memberi minum anak-anakku sebelum mereka (kedua orangtuanya, red.) meminumnya. Anak-anakku sendiri menangis di bawah kakiku meminta minum karena lapar. Seperti itulah keadaanku dan mereka, hingga terbit fajar. Maka kalau Engkau tahu, aku melakukan hal itu karena mengharapkan wajah-Mu, bukakanlah satu celah untuk kami dari batu ini agar kami melihat langit.”

 Lalu Allah bukakan satu celah hingga mereka pun melihat langit.

 Yang kedua berkata: “Sesungguhnya aku punya sepupu wanita yang aku cintai, sebagaimana layaknya cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita. Aku minta dirinya (melayaniku), tapi dia menolak sampai aku datang kepadanya (menawarkan) seratus dinar. Aku pun semakin payah, akhirnya aku kumpulkan seratus dinar, lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Setelah aku berada di antara kedua kakinya, dia berkata: ‘Wahai hamba Allah. Bertakwalah kepada Allah. Jangan engkau buka tutup (kiasan untuk keperawanannya) kecuali dengan haknya.’ Maka aku pun berdiri meninggalkannya. Kalau Engkau tahu, aku melakukannya adalah karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami satu celah dari batu ini.”

 Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun membuka satu celah untuk mereka.

Laki-laki ketiga berkata: “Ya Allah, sungguh, aku pernah mengambil sewa seorang buruh, dengan upah satu faraq [(1)] beras. Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya, dia berkata: ‘Berikan hakku.’
 Lalu aku serahkan kepadanya beras tersebut, tapi dia tidak menyukainya. Akhirnya aku pun tetap menanamnya hingga aku kumpulkan dari hasil beras itu seekor sapi dan penggembalanya. Kemudian dia datang kepadaku dan berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan jangan zalimi aku dalam urusan hakku.’

 Aku pun berkata: ‘Pergilah, ambil sapi dan penggembalanya.’ Dia berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan mempermainkan saya.’ Aku pun berkata: ‘Ambillah sapi dan penggembalanya itu.’ Akhirnya dia pun membawa sapi dan penggembalanya lalu pergi. Kalau Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa.” Maka Allah pun membukakan untuk mereka sisa celah yang menutupi.”

 Itulah kisah yang diceritakan oleh beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah kisah yang di dalamnya sarat dengan pelajaran yang sangat berharga. Dalam kisah ini terkandung dalil tentang tawassul (perantara) yang dibolehkan, yaitu dengan amal shalih yang pernah dikerjakan.

Orang pertama bertawassul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan baktinya kepada kedua orangtuanya. Dia seorang penggembala, dan makanan pokoknya tergantung kepada susu ternaknya. Kebiasaan orang ini adalah memerah susu itu sesudah dia pulang dan mulai memberi minum kepada kedua orangtuanya sebelum anak dan istrinya. Inilah salah satu bentuk bakti kepada ibu dan bapak.

 Betapa banyak di antara manusia saat ini yang berbakti kepada orangtua sesuai keridhaan anak dan istrinya. Mereka mendahulukan anak dan istrinya, kemudian baru berbakti kepada ibu bapak mereka. Yang lebih menyedihkan lagi, sebagian mereka lebih suka menitipkan ibu bapaknya di panti-panti jompo.

 Tidak takutkah mereka dengan peringatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits, ketika beliau naik ke atas mimbar sambil mengucapkan amin, setiap kali menapakkan kaki di atas mimbarnya? Para sahabat yang begitu antusias dengan kebaikan, bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apa yang anda aminkan, wahai Rasulullah?” Beliau berkata: “Jibril datang kepadaku lalu berkata –di antaranya–:

رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ، قُلْتُ آمِيْن 

‘Alangkah celakanya seseorang yang mendapati kedua orangtuanya atau salah satunya, namun keduanya tidak menyebabkan dia masuk ke dalam jannah.’ Aku pun berkata: ‘Amiin’.” 

[(2)] Adapun kebiasaan si penggembala ini, dia menjauh untuk mencari ladang gembalaan ternaknya, dan tidak kembali kecuali sesudah malam agak larut. Dia pun memerahkan susu untuk ibu bapaknya yang ternyata telah tertidur. Dia tidak suka membangunkan mereka dan tidak mau memberikan susu itu untuk anaknya. Akhirnya dia pun berjaga sepanjang malam itu dengan susu itu masih di tangannya, sedangkan anaknya menangis di bawah kakinya.

 Sungguh, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tahu betapa sulitnya keadaan si penggembala malam itu. Jauh-jauh dia menggembalakan kambing, lalu bergegas pulang dan belum sempat makan malam, sementara anaknya menangis di bawah kakinya. Gambaran yang sangat agung yang ditunjukkan oleh iman, hingga membawanya sampai pada tingkatan demikian tinggi karena baktinya kepada ibu bapaknya dan semangatnya melakukan hal itu, sehingga menjadi salah satu sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka sedikit celah yang menutupi gua itu.

 Ini adalah peringatan bagi umat ini, sekaligus anjuran agar berbakti kepada ibu bapaknya dan bersegera menjalankannya.

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan kisahnya. Orang kedua, dia bertawassul kepada Rabbnya dengan rasa takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasa takut itu mendorongnya untuk meninggalkan perbuatan keji dan bujukan syahwat. Dia begitu mencintai dan ingin memiliki putri pamannya, bahkan membujuk gadis itu agar mau mengikuti keinginannya, namun wanita itu menolak. Pada suatu ketika wanita itu ditimpa kesulitan ekonomi. Hal ini mendorongnya datang menemui si pemuda. Tapi keadaan ini seolah menjadi sebuah kesempatan baik bagi si pemuda agar melampiaskan syahwatnya. Akhirnya, dia membujuk wanita agar menuruti keinginannya dan dia siap membantunya. Dengan terpaksa, wanita itu meluluskan keinginan si pemuda setelah dia menerima sejumlah uang yang cukup besar dan diserahkan sebelum dia melayani si pemuda. Akan tetapi, di saat pemuda itu sudah siap untuk melakukan segala perkara yang hanya layak dilakukan oleh suami kepada istrinya, dan tidak ada lagi yang akan mencegah si pemuda berbuat apa yang diinginkannya terhadap tubuh wanita itu, tiba-tiba wanita itu menangis dan bergetar.

 Pemuda itu bertanya: “Ada apa?” Si wanita mengatakan bahwa dia takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena dia belum pernah melakukan perbuatan keji (zina) sebelum itu. Mendengar ucapan wanita tersebut, pemuda itu segera berdiri dan meninggalkan si wanita yang sangat dicintainya serta harta yang diberikannya untuk si wanita. Itulah keimanan, yang mendorongnya meninggalkan perbuatan zina. Padahal dia mampu melakukannya, bahkan semua sarana dan fasilitas serta situasi sangat mendukung keinginannya. Tetapi, iman dan rasa takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala menuntutnya segera meninggalkan perbuatan keji itu dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh sangat disayangkan, sebagian anak-anak kaum muslimin, justru melangkah menuju perbuatan keji ini. Lebih celaka lagi, semua dikemas dengan label Islam; Pacaran Islami. Bahkan para orangtua mendukung perbuatan tersebut. Mereka merasa bangga bila anak gadisnya bergandengan atau berduaan dengan seorang pemuda, entah teman sekolahnya atau hasil perkenalan di sebuah tempat. Sementara pada diri para pemuda dan pemudinya, rasa minder akan menghinggapinya jika mereka tidak mempunyai pacar. Jadi, seolah-olah dalam Islam perzinaan itu sah-sah saja. Na’udzu billahi min dzalik. Maha Suci Allah dari kedustaan yang mereka ada-adakan. Tapi, lihatlah bagaimana pemuda itu. Dalam keadaan sudah hampir melakukannya, terhadap wanita yang dicintainya, tanpa ada yang merintangi. Ternyata dia segera beranjak pergi meninggalkan si wanita dan membiarkan harta itu untuknya. Itulah taubat yang membasuh dosa. Rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat laki-laki itu menjauhi putri pamannya itu, padahal dia adalah wanita yang paling dicintainya. Wanita yang memberi kesempatan kepada dirinya untuk berbuat apa saja, tapi juga mengingatkannya agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita itu mengingatkannya kepada Dzat yang dirinya adalah hamba sahaya-Nya. Wanita itu mengingatkannya kepada Allah: “Wahai hamba Allah, bertakwalah kepada Allah!” Artinya, buatlah antara dirimu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebuah pelindung, dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya dalam keadaan penuh rasa takut dan harap. “Bertakwalah kepada Allah, jangan kau buka tutupnya kecuali dengan haknya,” kata wanita itu. “Lalu aku pun berdiri meninggalkannya.

Ya Allah, kalau Engkau tahu aku melakukannya karena mengharap Wajah-Mu, maka lepaskanlah kami dari batu ini.” Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun memberi celah lebih lebar daripada sebelumnya, namun mereka belum dapat keluar. Apa yang mendorongnya meninggalkan wanita itu dalam keadaan dia sudah ada di atas tubuhnya? Apa yang mencegahnya dari kemaksiatan? Tidak ada yang menghalanginya selain kokohnya sikap ta’zhim (pengagungan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam sanubarinya. Tidak ada yang menghentikannya selain kebesaran Rabbnya yang bertahta di hatinya, sehingga menimbulkan rasa takut dan merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia segera berdiri karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengharap pahala dan takut akan siksa-Nya. Menghormati hak orang lain Alangkah banyak di antara manusia yang masih suka mengangkangi hak orang lain.

 Sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits shahih dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

 مَنِ اقْتَطَعَ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لَقِيَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ 

“Siapa yang mengambil harta seorang muslim tanpa alasan yang haq, niscaya dia bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan Dia sangat murka kepadanya.” (HR. Ahmad)

Bayangkanlah hari yang sangat dahsyat tersebut. Ketika manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan tidak berkhitan, di saat kita sangat membutuhkan karunia dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam hadits lain yang hampir serupa dengan ini, terkait dengan sumpah, mereka bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Walaupun sebatang kayu arak –untuk siwak–?” Kata beliau: “Walaupun hanya sebatang kayu arak.”

Artinya, seandainya kita mengambil sebatang kayu arak dari seorang muslim dalam keadaan dia tidak senang kamu mengambilnya, niscaya kita akan bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan dia murka. Lantas, di mana sikap ta’zhim (pengagungan) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari orang-orang yang berbuat zalim seperti ini? Seandainya dia memiliki sikap ta’zhim kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentulah dia seperti orang yang diceritakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini. Kita perhatikan kisah tentang orang ketiga ini. Dia menyewa seorang buruh agar bekerja dengan upah yang telah ditentukan, tetapi pekerja itu tidak jadi mengambil upahnya. Dia malah pergi tanpa membuat kesepakatan dengan majikannya agar upahnya dikembangkan.

 Namun, kedermawanan majikan tersebut mendorongnya mengolah upah buruh tadi sehingga bertambah banyak. Tak lama, dari upah buruh tadi yang tidak seberapa, harta itu berkembang menjadi berlimpah. Kemudian datanglah si buruh menagih upah yang dahulu dia tinggalkan. Oleh si majikan, harta yang berasal dari upah si buruh diserahkan seluruhnya kepada buruh tersebut. Dia berkata: “Lalu aku berikan kepada buruh itu semua yang telah aku kembangkan dari upahnya. Andai aku mau tentulah tidak aku berikan kepadanya melainkan upahnya semata.” Artinya, dia kuasa untuk tidak memberi buruh tadi harta yang sudah dikembangkannya dalam waktu cukup lama. Akan tetapi, dengan sikap pemurahnya itu, dia menyerahkan semua harta yang diperoleh dari upah buruh tersebut.

 Lalu dia pun berkata: “Ya Allah, kalau Engkau tahu aku melakukannya demi mengharap rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu, maka lepaskanlah kami.” Maka batu itu pun bergeser dan mereka berjalan keluar dari gua tersebut. Melalui kisah ini pula kita dapatkan bahwa selamat dari petaka/bencana adalah balasan atas amal perbuatan yang shalih. Betapa besar ganjaran yang diterima oleh mereka yang jujur dan amanah dalam bermuamalah. Majikan yang jujur dan amanah yang mengembangkan upah buruhnya adalah cermin bagi kita melihat betapa langkanya kejujuran dan amanah itu di sekitar kita saat ini. Dia menyerahkan semua harta yang dihasilkan dari pengembangan upah buruhnya, tanpa meminta imbalan atau bagian atas upayanya mengembangkan upah buruh tersebut. Sementara di sekitar kita, hal ini justru menjadi peluang untuk memperoleh harta tambahan. Wallahul Musta’an. Alangkah tepat ungkapan ini: Bersabarlah dengan kesabaran yang indah, alangkah dekatnya jalan keluar Siapa yang senantiasa yakin diawasi oleh Allah dalam semua urusan pasti selamat Siapa yang jujur terhadap Allah tentu tidak akan celaka Dan siapa yang mengharapkan-Nya tentu Dia ada di mana pun diharap Jelaslah, dari hadits ini bahwa ketiga laki-laki mukmin ini, di saat mereka ditimpa malapetaka dan keadaan mengimpit mereka, serta putus asa akan datangnya kelonggaran dari semua jalan selain jalan Allah Tabaraka wa Ta’ala satu-satunya, maka mereka pun berlindung dan berdoa kepada-Nya dengan ikhlas, serta menyebutkan amalan-amalan shalih mereka yang dahulu biasa mereka ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada waktu-waktu senang, sambil mengharapkan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui keadaan mereka di saat-saat yang sulit. Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ 

“Ingatlah kepada Allah ketika dalam keadaan senang, tentu Dia mengingatmu pada saat-saat yang sulit.” 


[(3)] Wallahu a’lam.

catatan :
[(1)] Kira-kira 16 ritl. Ritl adalah ukuran yang dipakai untuk menimbang, dan takarannya berbeda antara satu negeri dengan negeri lainnya. Di Mesir misalnya, 1 ritl= 12 uqiyah, 1 uqiyah= 12 dirham. 1 dirham sendiri = 3,98 gram perak, berarti 1 faraq sekitar 9,17 kg. Adapula yang berpendapat 1 uqiyah= 40 dirham, sehingga 1 faraq sekitar 30,5 kg.
 [(2)] Shahih Adabul Mufrad (no. 503), dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu. 
[(3)] HR. Ahmad dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan sanadnya sahih dengan syawahid, lihat Zhilalul Jannah fi Takhrij As-Sunnah (hal. 138), karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu.



Sumber : http://id-mirror.blogspot.com/2012/05/kisah-orang-orang-yang-terkurung-di.html

Selasa, 25 September 2012

Posted by Byyou Pradana On 17.22

Assalamu'alaikum Wr. Wb

pada kesempatan kali ini,saya akan berbagi pengetahuan tentang "Tanda-tanda kematian"

Allah telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40 hari, 7 hari, 3 hari dan 1 hari menjelang kematian.

Tanda 100 hari menjelang ajal :
Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat kuat, lain dari biasanya, Bagi yang menyadarinya akan terasa indah di hati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa.

Tanda 40 hari menjelang kematian :
Selepas Ashar, jantung berdenyut-denyut. Daun yang bertuliskan nama kita di lauh mahfudz akan gugur. Malaikat maut akan mengambil daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.

Tanda 7 hari menjelang ajal :
Akan diuji dengan sakit, Orang sakit biasanya tidak selera makan.Tapi dengan sakit ini tiba-tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu.

Tanda 3 hari menjelang ajal :
Terasa denyutan ditengah dahi. Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita, agar perut kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang memandikan kita nanti.

Tanda 1 hari sebelum kematian :
Di waktu Ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun-ubun, menandakan kita tidak sempet menemui Ashar besok harinya.

Bagi yang khusnul khotimah akan merasa sejuk di bagian pusar, kemudian ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah kita
mengucapkan 2 kalimat syahadat.

Sahabatku yang budiman, subhanAllah, Imam Al-Ghazali, mengetahui kematiannya.
Beliau menyiapkan sendiri keperluannya,
beliau sudah mandi dan wudhu, meng-
kafani dirinya, kecuali bagian wajah yang
belum ditutup. Beliau memanggil saudaranya Imam Ahmad untuk menutup
wajahnya. SubhanAllah. Malaikat maut akan
menampakkan diri pada orang-orang yang
terpilih. Dan semoga kita menjadi hamba
yang terpilih dan siap menerima kematian
kapanpun dan di manapun kita berada. Amiin.

Sabtu, 28 Juli 2012

Posted by Byyou Pradana On 09.44
Assalamu'alaikum...Wr. Wb.


Pada kesempatan ini saya akan berbagi ilmu tentang keutamaan Bulan ramadhan,,,
mumpung nie masih Bulan ramadhan :D






Pada Bulan Ramdhan ini kita seharusnya bahagia...karena jika kita saja sudah senang saja menyambut datangnya Ramadhan,maka raga kita diharamkan terkena api neraka

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang senang dengan datangnya bulan Ramadhan (karena iman dan Allah), maka diharamkan jasadnya masuk ke dalam api neraka".

Maka kita wajib bersyukur karena kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan Bulan Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan ini :D

Di samping itu kita juga harus menjaga puasa kita agar tidak hanya mendapat lapar dan haus saja,maka kita harus menjaganya dengan sekuat tenaga


Sabda Rasulullah SAW, "Barangsiapa yang berpuasa ramadhan dengan menjaganya dengan segenap kemampuannya, maka diampunilah seluruh dosanya yang telah lalu" (HR Bukhari & Muslim)

Bulan Ramdhan juga bulan diturunkannya Al-Qur'an atau dikenal Nuzulul Qur'an

Maka perbanyaklah membaca Al-Qur'an serta berdzikir


شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ‌ۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَ‌ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Al-Baqarah : 185)

Dan pada bulan Ramadhan itu syaithan dibelenggu,pintu neraka tertutup serta dibukaNya pintu surga.


Rasulullah SAW bersabda :

“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga (dalam riwayat Muslim :”Dibukalah pintu-pintu rahmat) dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syetan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/97 dan Muslim 1079)

Dan malam yang sangat mulia ialah Malam Lailatul Qadar yaitu malam yang lebih baik dari 1000 bulan,,maka pada bulan Ramadhan ini carilah berkah pada malam Lailatul Qadar

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)


“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)


Demikian yang dapat saya sampaikan...jika anda berkenan silahkan berkomentar



Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 22 Mei 2012

Posted by Byyou Pradana On 21.57

Di malam yang sunyi ini aku sendiri...hehe malah nyanyi saya berkesempatan berbagi cerita yang bisa dijadikan teladan karena saya sudah mengantuk dan tulisannya berantakan silahkan anda download saja (saran saya,,hehehe) semoga bermanfaat :)
password : byyoupradana
Dalam Mihrab Cinta
(Sebuah "Petikan" Roman Pembangun Jiwa)
Habiburrahman El Shirazy
qon yang terletak di daerah Pagu, Kediri, Jawa Timur
Siang itu Pesantren Al Fu rgeger. Pengurus Bagian Keamanan menyeret seorang santri yang diyakini
itu. Santri itu mengaduh dan minta ampun. "Ampun, to
mencuri. Beberapa orang santri terus menghajar santri berambut gondron glong jangan pukul saya. Saya tidak mencuri!" Santri yang mukanya sudahberdarah-darah itu mengiba. 87 Satu
eram. "Sungguh, bukan saya pelakunya." Si Rambu
"Ayo mengaku. Kalau tidak kupecahkan kepalamu!" Teriak seorang santri berkopiah hitam dengan wajah sangat gt Gondrong itu tetap tidak mau mengaku. Serta merta dua bogem melayang ke wajahnya. "Nich rasain pencuri!" teriak Ketua Bagian Keamanan
gudang pesantren yang dijaga beberapa santri. Ked
yang turut melayangkan pukulan. Si Rambut Gondrong mengaduh lalu pingsan. * * * Menjelang Ashar, si Rambut Gondrong siuman. la dikunci d iua tangan dan kakinya terikat. Airmatanya meleleh. la meratapi nasibnya. Seluruh tubuhnya sakit. la merasa kematian telah berada di depan mata.
itu sampai mampus!" "Wong maling kok ngaku-ngaku
Di luar gudang para santri ramai berkumpul. Mereka meneriakkan kemarahan dan kegeraman. "Maling jangan diberi ampun!" "Hajar saja maling gondron gsantri. Ini kurang ajar. Tak bisa diampuni!" la menangis mendengar itu semua. Sepuluh menit kemudian pintu gudang terbuka. la sangat ketakutan.
enahan mereka dengan sekuat tenaga. Pak Kiai, pengasuh pesan
Tanpa ia sadari ia kencing di celana karena saking takutnya. Para santri yang didera kemarahan meluap hendak menerobos masuk. Tapi Lurah Pondok mtren masuk dengan wajah dingin. Beliau diikuti empat pengurus. Satu di antaranya Ketua Bagian Keamanan. Lampu gudang dinyalakan. Pintu gudang lalu ditutup oleh Lurah Pondok. Pak Kiai berdiri tepat di
ian Keamanan." Ketua Bagian Keamanan membuk
hadapannya. Empat pengurus dan Lurah Pondok mengambil posisi mengelilingi si Gondrong. "Ini Pak Kiai pencuri yang selama ini menjarah barang-barang para santri. Baru tadi siang ditangkap basah oleh Ba ga pengadilan. "Siapa namamu?" tanya Pak Kiai. Karena jumlah santri putra ada seribu lima ratus santri, Pak Kiai tidak hafal nama semua santrinya. Si Rambut Gondrong menjawab pelan, "Syamsul... Syamsul Hadi, Pak Kiai."
ari si Burhan di kamar 17 Pak Kiai. Di k
"Nama yang sangat bagus. Benar kamu yang mencuri?" Syamsul menggelengkan kepala. Ketua Keamanan marah, "Dia,memang orangnya sangat bandel Pak Kiai. Dia tidak mau mengaku, tapi kami menangkap basah dia sedang membuka le mamar 17 sudah dua orang kehilangan uang. Saat itu kamar sepi, kami yang memang memasang orang di atas eternit melihatnya membuka lemari Burhan." "Benarkah kau membuka lemari Burhan?" tanya Pak Kiai pelan. "Benar Pak Kiai. Tapi tidak untuk mencuri."
au si Syamsul tertangkap karena membuka lemarinya?
"Lantas untuk apa?!!" bentak Ketua Bagian Keamanan garang. 88 89 "Karena saya diminta untuk mengambilkan uang oleh Burhan Pak Kiai." Jawab Syamsul. "Hmm...Burhan ada?" tanya Pak Kiai sambil melihat Ketua Bagian Keamanan. Ada, Pak Kiai." "Dia tahu ka l" "Tahu Pak Kiai." Pak Kiai manggut-manggut dan mengerutkan dahi. "Panggil Burhan kemari!" pinta Pak Kiai. "Baik Pak Kiai." Ketua Bagian Keamanan lalu bergegas keluar. * * * Syamsul berharap Burhan mau menjelaskan semuanya. Namun dalam hati ia bertanya-tanya, Burhan tahu
ilkan uangnya. Dengan penjelasan Burhan itu ia be
kalau dirinya tertangkap kenapa tidak menjelaskan semuanya. Apa karena Burhan takut pada amarah para santri. Atau...? Ia tidak bisa banyak memprediksi. Seluruh tubuhnya terasa ngilu. Ia berharap di hadapan Pak Kiai, Burhan menjelaskan bahwa ia memang diminta Burhan mengam brharap namanya dibersihkan dan semua santri yang telah berlaku aniaya padanya diberi hukuman, paling tidak harus minta maaf. Burhan datang dengan wajah sedikit pucat. Namun masih tampak tenang. Ia sama sekali tidak memandang Syamsul yang sedang berdarah-darah kesakitan. "Burhan ke sini!" pinta Pak Kiai. 90
benar?" Syamsul
Burhan mendekat. "Kau sudah tahu apa yang terjadi? Kenapa Syamsul diadili dan kenapa kau dibawa kemari?" lanjut Pak Kiai. "Iya Pak Kiai." "Kau harus jujur. Karena kejujuran mendatangkan kebaikan. Dan kedustaan mendatangkan petaka. Syamsul ini mengaku bahwa kau memintanya mengambilkan uangmu di lemarimu, apa menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut temannya itu. Ia berharap temannya itu jujur, mengatakan yang sebenarnya. Dengan suara bergetar Burhan menjawab, "Ti...tidak benar Pak Kiai!" Syamsul kaget bagai disambar geledek. Dengan penuh amarah dia berteriak, "Teganya kau Bur... Kau santri atau bajingan?! Dancok kau Bur!"
dengan suara lantang. Kedua matanya menyala sep
"Diam kau maling! Kau yang jelas bajingan bukan Burhan!" bentak Bagian Keamanan. "Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi Pak Kiai. Saya tidak mencuri. Burhan yang tadi meminta saya mengambilkan uangnya untuk beli baju dan mentraktir saya. Biarlah seluruh laknat Allah menimpa saya jika saya berdusta!" Syamsul bersumpah erti mata elang. Pak Kiai agak kaget. Beliau langsung memandang Burhan, "Burhan karena Syamsul sudah berani bersumpah. Kau harus berani juga bersumpah bahwa apa yang 91 kaukatakan benar. Jika tidak maka kau bersalah. Kau akan dapat hukuman atas kedustaanmu. Sebab kedustaanmu itu telah mencelakakan orang lain." Dengan tenang Burhan menjawab, "Penjahat akan
n melakukan apa saja untuk menutupi kejahatannya"
melakukan apa saja untuk menutupi kejahatannya Pak Kiai. Baiklah, saya bersumpah bahwa apa yang baru saja saya katakan benar. Jika saya berdusta maka semoga segala laknat Allah menimpa saya." Saat mengucapkan sumpah itu, dalam hati Burhan mengatakan yang dimaksud dengan kata-katanya "bahwa yang baru saja saya katakan benar" adalah perkataannya "penjahat ak abukan yang lain. Tak ada yang tahu hal itu kecuali Burhan. Syamsul meneteskan airmata. Hatinya sangat sakit. Rasa sakit hatinya melebihi seluruh sakit di sekujur tubuhnya yang berdarah-darah. "Baiklah, semuanya lebih jelas. Untuk memutuskan siapa yang sesungguhnya harus dihukum, silakan pengurus bermusyawarah. Dan sekalian tentukan hukuman yang paling bijak." Kata Pak Kiai sambil
yang canggih!" Burhan lalu pergi. Para pengurus
memandang wajah para pengurus. Lalu beliau pergi. Setelah Pak Kiai pergi, Syamsul berteriak-teriak marah. Andai kedua tangan dan kakinya tidak diikat tentu ia akan mengamuk. "Burhan, kaulah bajingan paling jahat! Kau tega memfitnah temanmu! Ingat Burhan, Allah tidak tuli! Allah tidak tidur!" Burhan menjawab tenang sambil memandang ke Lurah Pondok, "Penjahat ulung itu bisa beraktin gjuga meninggalkan gudang. Mereka menuju kantor untuk rapat. Akhirnya diputuskan, Syamsul dihukum gundul dan kemudian dikeluarkan dari pesantren. Pengurus bergerak cepat. Lurah Pondok menelpon ayah Syamsul, seorang pengusaha batik sukses di Pekalongan. Yang lain menyiapkan acara eksekusi penggundulan. Keputusan rapat pengurus itu ditulis resmi. Diketik rapi. Ditandatangani oleh Lurah Pondok,
Syamsul Hadi terbukti bersalah melakukan kej
Sekretaris Pondok, Ketua Bagian Keamanan, dan Pengasuh Pondok Pesantren. Sore itu juga Syamsul diambil dari gudang. Di halaman pondok telah disiapkan kursi yang diletakkan di tengah garis melingkar. Syamsul digiring dan didudukkan di kursi itu. Para santri menyaksikan eksekusi penggundulan itu dari luar garis. Bagian Keamanan membacakan hasil keputusan: "...dengan ini diputuskan bahwa Saudar aahatan pencurian yang dilarang agama dan melanggar tata tertib pesantren. Karenanya ia dikeluarkan dengan tidak hormat dari pesantren, dengan sebelumnya dihukum takzir yaitu digundul untuk dijadikan pelajaran bagi santri yang lain." Para santri bersorak sorai. Kata-kata sumpah serapah keluar menghujat Syamsul. Syamsul benar-benar sangat terpukul. Ketika gunting bagian keamanan mulai mencowel-cowel rambut kepalanya ia menangis. Sepuluh
, Pak. Inilah tata tertib yang telah kita sepakati bersa
menit kemudian eksekusi itu selesai. Syamsul dibawa lagi ke dalam gudang. Dua orang pengurus membawa seember air dan menyuruhnya mandi. Ikatan di tangan 92 93 dan di kakinya dilepas. Semua barang Syamsul telah dikemas rapi dan diletakkan di gudang. Jam sebelas malam orangtua Syamsul datang. Pak Kiai menemui di ruang tamu pesantren. Syamsul berikut barang-barangnya dihadirkan. Pak Kiai dan Lurah Pondok menjelaskan semuanya. "Maafkan kam ima. Syamsul terbukti mencuri maka harus dikeluarkan." Kata Lurah Pondok santun. "Kita mengenal wejangan orangtua kita dulu, jika ada satu rayap di kapal maka harus segera dibuang. Kalau tidak rayap itu bisa menjadi banyak, menggerogoti kapal dan bisa menenggelamkan kapal serta membinasakan seluruh penumpangnya. Itulah yang saat ini kami lakukan. Rayap itu harus dibuang..." Ketua Bagian Keamanan menimpal. "Saya berharap, ini jadi pelajaran bagi Syamsul. Dan
jika sampai di rumah nanti. Namanya memang telah rus
setelah ini Syamsul berubah. Saya melihat Syamsul ini punya potensi untuk baik dan maju." Kata Pak Kiai bijaksana. Ayah Syamsul, Pak Bambang, sangat malu dan marah. Di ruang itu juga ia menampar anaknya berkalikali, "Anak tak tahu diri! Apa masih kurang Papa memberimu uang saku dan lain sebagainya. Kurang uang tinggal minta, kenapa malah maling!" Plak! Plak! Plak! Syamsul meringis. Ia diam saja. Ia merasa tak ada gunanya membela. Ia akan menjelaskan semuany aak. 94 Ia benar-benar hancur di pesantren itu. Tapi ia berharap tidak hancur di tempat lain. Sebelum ia meninggalkan ruangan itu ia tegakkan kepala dan berkata setenang mungkin, "Pak Kiai, Panjenengan sudah melakukan tindakan zalim dengan memperlakukan saya seperti ini. Panjenengan belum melakukan tabayun yang sesungguhnya. Dan kalian para pengurus yang memutuskan hukuman untuk saya dengan semena-mena, dengar baik-baik, kalian telah melakukan dosa besar! Kesalahan besar! Ini hak adami.
pesantren. Namun penjelasannya itu tidak bisa diterima
Suatu saat kalian akan tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Kalian akan tahu kelak siapa sebenarnya rayap itu. Dan aku tidak akan memaafkan dosa kalian semua kecuali kalian mencium telapak kakiku!" Mendengar hal itu Ketua Bagian Keamanan hanya geleng-geleng kepala. Pak Kiai tersentak, ada keraguan berbalut kekuatiran menyusup dalam hatinya, namun diam saja. * * * Sampai di rumah ia ternyata juga menemukan hal yang sama. Ia menegaskan bahwa ia terfitnah. Ia tidak pernah mencuri di oleh seluruh anggota keluarganya. Kemarahan ayahnya juga tidak reda. Kedua kakak dan ibunya lebih percaya pada keputusan pesantren. "Sudah lebih baik kau mengakui dosamu itu dan bertaubat. Sesali perbuatanmu itu dan jangan keras kepala!" Kakak sulungnya yang sudah punya dua anak itu marah. 95 Hanya adiknya, Nadia, yang tidak berkomentar. Nadia lebih merasa iba pada kondisi kakaknya. "Apa tidak sebaiknya dibawa ke dokter untuk diobatkan Ma. Kasihan Kak Syamsul." Kata Nadia. Pak Bambang langsung menyahut garang, "Kita
a aku tidak mencuri, Nadia?" Tanya Syamsul. Nadia diam.
tidak perlu kasihan sama maling. Biar dia rasakan akibat kejahatannya!" Tak ada yang berani membantah. Bu Bambang masih tampak marah. Rasa marahnya saat itu mengalahkan rasa kasihan pada anaknya itu. Syamsul istirahat di kamarnya dengan mata berkaca-kaca. Jika keluarga sudah tidak lagi percaya padanya. Apalah arti hidup di dunia ini. Nadia masuk ke kamarnya membawa peralatan P3K. la bersihkan luka-luka kakaknya dengan air mineral, lalu dengan rivanol. Setelah itu ia oleskan Betadine. "Apakah kau juga tidak percaya bah wTidak menjawab. "Jawab Nadia, aku butuh seseorang yang menguatkan aku. Aku bisa gila!" Seru Syamsul serak. "Sudahlah, Kak. Jangan bahas itu lagi. Yang penting kakak sembuh dulu. Nadia akan rawat kakak. Kakak jangan kecil hati, selama Allah bersama kakak, maka kakak jangan takut bahwa semua manusia memusuhi kakak." "Jadi kau percaya bahwa bukan aku pencurinya? Kau percaya penjelasanku, Nadia." 96 "Itu tidak penting, Kak. Saya ingin kakak berubah lebih baik. Dan Nadia akan selalu menganggap Kak Syamsul adalah kakak Nadia." Syamsul kecewa. Nadia pun tidak juga mempercayainya.
u
97 Nadia membaca surat dari kakaknya itu dengan airmata bercucuran. la langsung berteriak-teriak memanggil Mamanya. Sang Mama datang tergopohgopoh, begitu membaca surat itu rasa keibuannya terbit. la pun menangis. Namun Sang Ayah dan kedua kakak Nadia malah geram dan marah. "Kita harus cari Syamsul, Pa. Kelihatannya dia memang tidak bersalah. Kita harus berdiri bersama anak kita, Pa." Kata Bu Bambang. "Iya, Pa. Kita bisa minta polisi mengusut kasus di pesantren itu. Kalau Kak Syamsul tidak bersalah kan berarti dia dianiaya." Tambah Nadia. 98 "Kalian ini, dasar perempuan, ba rmembaca surat gombal kayak gitu saja berubah. Itu hanya akting si Syamsul. Aku sudah tidak percaya lagi sama anak brengsek itu!" Jawab Pak Bambang marah. "Kita lihat saja dulu perkembangannya. Paling dua hari lagi Syamsul juga pulang." Sahut kakak pertama. "Iya Syamsul telah memilih jalannya. Dia sudah dewasa. Sudah lulus SMA. Biarkan ini semua jadi pembelajaran baginya." Imbuh kakak kedua. Jika sudah demikian Bu Bambang dan Nadia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya saja dalam hati Bu Bambang berdoa semoga Syamsul anaknya baik-baik saja, dan mau pulang kembali. * * *
khirnya ia nekat. Ia naik bus mini warna kuning
Sudah satu minggu Syamsul pergi. la mengelana di Kota Semarang. Tidur dari masjid ke masjid. Makan seadanya. Dengan berbekal ijazah SMA ia melamar pekerjaan dari kantor ke kantor, pabrik ke pabrik, tapi belum juga diterima. Sebab semua pabrik mensyaratkan ada keterangan surat kelakuan baik dari kelurahan. Berarti ia harus pulang. Dan itu yang tidak mau ia lakukan. Ia sudah berusaha mencari kerja, tapi tak juga dapat. Akhirnya timbul dalam pikirannya, mungkin jalannya untuk makan adalah dengan mencuri, mencopet dan menjambret. Ia masih maju mundur melakukan hal itu. Ajurusan Mangkang-Penggaron. Sampai di Jrakah ia melakukan aksi perdananya. Mencopet. 99 Dan.. .naas! Korbannya waspada. la ketahuan. la langsung lompat dari bus. Bus berhenti. Semua orang berterikteriak, "Copet, copet!" Orang yang mendengar hal itu langsung berlarian mengejarnya. la lari ke arah Ngaliyan. Terus berlari. Sampai dekatkampus dua IAIN Walisongo, ia tertangkap. la babak belur dihakimi massa. Untung ada patroli polisi. Nyawanya diselamatkan oleh polisi. Berita tertangkapnya dirinya di Ngaliyan masuk koran terkemuka di Jawa Tengah, Suara Mahardika. Juga
" kata Nadia. "Kamu itu masih bau kencur. Tahu apa m
masuk berita televisi. Untung ia tidak bawa KTP. KTP dan semua barangnya ia titipkan pada seorang takmir masjid tua di dekat Pasar Bulu. Ia mengaku bernama Burhan. Dari Jakarta. Keluarganya di Pekalongan membaca isi koran dan melihat berita itu. Mereka tersentak. Bu Bambang menangis, "Ia benar-benar jadi pencuri!" Pak Bambang dan kedua kakaknya mengatakan, "Sudahlah ia kita ikhlaskan. Untung dia memakai nama samaran, jadi tidak mencemarkan nama keluarga." Hanya Nadia yang tidak percaya. "Saya yakin copet itu bukan Kak Syamsul. Itu orang lain yang mirip Kak Syamsul ,asalah dunia kriminal, Nadia!" Sengit kakak kedua. Nadia tidak bisa menjawab. Dalam hati ia ingin membuktikan bahwa anggapannya benar. * * * 100 Sejak itu ia mendekam di penjara Polsek Semarang Tugu. Ia satu sel dengan dua orang narapida yang tertangkap karena mencuri sepeda motor. Dua narapidana itu mengajaknya untuk bergabung dalam komplotannya. Ia pura-pura mengiyakan, sebab ia takut jadi bulan-bulanan mereka. Ia diberi tahu trik-trik mencuri sepeda motor yang canggih. Juga trik-trik mencuri rumah orang kaya. "Di daerah Papandayan dan Candi, Semarang atas, banyak rumah mewah. Jika kita berhasil menggasak satu
ren
101 Dua rumah saja. Kita bisa kaya mendadak." Kata napi berkumis tebal. Ia lalu diberi tahu peta daerah-daerah strategis untuk beroperasi. Ia masihbimbangbagaimana meneruskan hidup. Ia teringat cita-citanya. Ingin jadi mubaligh ternama sekaligus pengusaha Muslim yang berhasil. Maka setelah lulus SMA ia minta masuk pesantren sambil kuliah. Ia memilih pesantren di Kediri. Waktu di SMA memang ia agak nakal. Tapi dalam hati terkecil, citacitanya adalah jadi mubaligh. Dan kejadian di pesantren itu mengubah segalanya. Ia teringat Burhan. Anak pengusaha dari Jakarta itulah sumber petakanya. Ia dijebak Burhan, saat pesan t sedang panas oleh kejadian beberapa pencurian. Uang santri hilang. Ia jadi kambing hitam. Dan kini ia benarbenar mendekam jadi pencuri. Sudah satu minggu ia dipenjara. Ia mulai bosan. Napi berkumis tebal berkata padanya, "Kau tenang saja Bur. Minggu depan bos kami akan datang. Dia akan menebus kami. Kau akan kami usahakan ikut ditebus. Tapi konsekuensinya, kau harus ikut memperkuat kami." Ia mengangguk. Jika itu benar-benar terjadi, ia memang benar-benar akan masuk di dunia hitam. Ia berdoa semoga ada mukjizat yang mengeluarkannya dari penjara. Tapi ia tidak bisa mengelak dari kejahatannya
agap tidak percaya. "Tenang. Aku kakakmu, Nadi
mencopet. Ia diputuskan mendekam di sel selama enam bulan. Satu bulan pertama ia akan menjalaninya di Polsek Tugu. Dan ada kemungkinan dipindah ke Penjara Kedungpane. 102 Siang itu ia baru saja menyantap jatahnya makan siang. Seorang polisi datang dan membawanya keluar. Di ruang tamu ia melihat seorang gadis berjilbab. Hatinya berdesir. Nadia. Antara gembira dan sedih terbit dalam hatinya. Gembira bertemu adiknya, sedih karena kini adiknya tahu ia benar-benar seorang kriminil. "Nadia!" Serunya pada adiknya. Nadia menoleh ke arahnya. Kaget. Tidak percaya. "Kau.. .kaubukanKakSs.. .s..." Nadia ga." Nadia menggeleng-gelengkan kepala dan menangis. "Tidak.. .tidak.. .tidak, Kak!" "Tenang Nadia, beri kesempatan aku bercerita. Mari kitabicara dengan tenang." Nadia duduk tenang. Airmatanya bercucuran. "Kau sendirian, Nadia?" Nadia mengangguk. "Keluarga semua baik?" Nadia kembali mengangguk. "Apa mereka sudah tahu aku disel?" "Begitu membaca koran Suara Mahardika dan menonton berita di televisi mereka semua yakin yang tertangkap adalah kakak, meskipun memakai nama Burhan. Hanya aku yang tidak percaya, maka aku kemari. Ternyata dugaanku salah. Kakak memang seorang penjahat!" Syamsul menangis. 103
ik Kak." la lalu bernegosiasi dengan polisi. Ka
"Maafkan aku Nadia. Demi Allah ini yang pertama kali aku lakukan. Dan aku berharap yang terakhir kalinya." Syamsul lalu menjelaskan perjalanan hidupnya sejak pergi dari rumah sampai kehabisan uang. Dan kejadian di Ngaliyan itu. "Tolonglah aku, Adikku." Nadia diam. Rasa kasihannya keluar setelah mendengar cerita kakaknya. "Hanya kau yang kuharapkan, Adikku.Tolonglah!" "Bagaimana aku bisa menolongmu Kak?" "Tebuslah aku biar aku bisa keluar dari sini." "Berapa Kak?" "Kau bawa kartu ATM?" "Iya." "Isinya berapa?" "Tiga juta." "Baik. Biar aku negosiasi dengan polisi dulu. Baru kauambil uang di ATM ya." "B arena ia sudah belajar cara negosiasi dengan polisi, maka urusannya mudah. Apalagi ia menyebut seorang nama yang ia dapat dari kedua napi itu. Nama itu dikenal sebagai beking para kriminal. Akhirnya ia bisa keluar dari penjara dengan menebus cuma duajuta lima ratus. Ia berterima kasih kepada adiknya. Dan ketika adiknya mengajaknya pulang, ia tidak mau. "Mereka pasti sudah tidak sudi melihat mukaku." 104 "Tenang, Kak. Mereka akan Nadia yakinkan bahwa yang dipenjara itu bukan kakak. Tapi Burhan. Orang yang mirip kakak. Mereka kan tidak tahu kalau kakak sudahbebas. Kakak bilang saja tidak pernah dipenjara.
. Ia merasa karena terlanjur nekat maka ia harus
Nadia tidak akan membocorkan hal ini pada mereka. la tetap tidak mau. Nadia memberinya uang lima ratus ribu, lalu kembali ke Pekalongan dengan perasaan sedih. Syamsulberharap akan menemukan cahaya yang terang dalam hidupnya. 105 Syamsul merasa tidak bisa bertahan di Semarang. la ingin mengadu nasib yang lebih baik di tempat lain. Maka dengan bus ekonomi ia nekat pergi ke Jakarta setelah mengambil barang-barangnya di masjid dekat PasarBulu. Sampai di Jakarta ia tak tahu harus berbuat apa. Ia tiba di Lebak Bulus pagi buta. Bingung mau ke mana. Setelah shalat Subuh ia berjalan-jalan di terminal melihatliha tnekat. Akhirnya ia nekat naik angkot jurusan Parung. Ia ingin mencari masjid. Ia ingin tinggal di masjid. Sampai di Parung ia turun, lalu berjalan kaki mencari masjid. Bertemu dengan sebuah masjid ia utarakan keinginannya untuk tinggal. "Mungkin saya bisa bantu-bantu menjaga dan membersihkan masjid. Kebetulan saya dulu dari pesantren." Katanya pada orang yang ada di masjid. "Maaf Dik, kebetulan sudah ada yang tinggal di sini. Dua orang malah. Juga dari pesantren. Sekarang sedang kuliah di UIN Syarif Hidayatullah. Maaf kami tidak nambah orang." la kecewa. Berkali-kali ia temukan masjid. la utarakan niatnya. Dan jawabannya mirip: tidak
amsul. Oh ya nama saya Abbas. Panggil saja Pak Abbas.
menerima tambahan orang. Di masjid yang terakhir, saat itu menjelang Ashar, dan dia sangat kelelahan, takmir masjid menyarankan agar dia mengontrak rumah saja. "Adik kan bisa mencari kerja. Tidak harus tinggal di masjid. Adik cari saja kontrakan di dekat masjid ini. Kalau kami perlu bantuan, Adik, kami bisa panggil Adik. Kalau tinggal di masjid tidak bisa. Kamarnya cuma satu dan telah ditempati Pak Ali, imam masjid ini, bersama isteri dan anaknya. Gimana Dik? Nanti saya bantu cari yang murah. Oh ya siapa tadi nama Adik?" Pada bapak yang halus budi itu, ia tidak berani berdusta, "Nama saya Syamsul Pak." "Ya jadi begitu saran saya Dik S yKebetulan saya Ketua RT 2 di perumahan ini." Akhirnya ia ikut saran Bapak itu. Ia mendapatkan rumah satu kamar. Sewa per tahunnya dua juta. Ia menggigitbibir. "Saya cuma punya empat ratus ribu, Pak." "Baik. Pemilik rumah ini mengatakan katanya bisa dicicil empat kali. Sekali cicil berarti lima ratus ribu. Kamu ada empat ratus, bagaimana kalau yang seratus ribu saya usahakan. Adik bisa bayar kapan saja adik ada. Tapi cicilan selanjutnya adik usaha sendiri." 106 "Saya pinjam tiga ratus ya Pak. Biar saya ada pegangan bulan ini." "Oboleh." Jadilah ia menyewa rumah. Sejak hari itu ia tinggal di sebuah perumahan tak jauh dari Parung. Ia mulai kenal
apat dua itu bagus. Yang ketiga dan keempat biasan
dengan masyarakat. Namun sudah satu bulan ia belum juga dapat kerjaan. Uang pegangannya tinggal lima kali makan. Ia bingung. Ia hams berbuat apa. Cicilan rumah bulan depan juga belum ada. Akhirnya ia berkata pada diri sendiri, "Aku haras nekat. Minta belas kasihan orang itu mental pecundang!" Hari itu ia naik anggot ke Lebak Bulus. Lalu naik Kopaja yang sesak penumpang. Ia nekat mengamalkan 'ilmu' yang didapat dari dua napi saat ia dipenjara. Berhasil! Seorang cewekberambutkeriting jadi korban. Ia lalu beroperasi di bus yang lain. Berhasil! Seorang ibuibu setengah baya berpakaian modis jadi korban. "Kalau mencopet jangan terlalu tamak. Sehari dya hilang konsentrasi." Ia teringat kata-kata napi berkumis tebal. Ia merasa harus pulang. Sampai di kontrakan ia Wrung hasil jarahannya. Dari dompet cewek keriting cuma lima puluh ribu. Tapi ada kartu ATM-nya. Dari dompet ibu-ibu setengah baya modis, lumayan, enam ratus ribu. Semuanya serarus ribuan, enam. Ada KTP dan SIM-nya. Ia ambil uang itu, ia masukkan ke dalam dompetnya. Sementara dompet korbannya ia simpan di laci almari. Meskipun diliputi rasa berdosa ia merasa lebih tenang. Malam harinya ia pergi ke pemilik rumah nyicil 107 kontrakan. Hari berikutnya ia melakukan hal yang sama. Dapat cuma satu korban. Ia pulang. Ia tak mau ambil
u berlaku." Ia ingat Burhan sudah serius dengan Dalmayant
risiko. Korbannya kali ini seorang cewek berjilbab modis, kelihatannya mahasiswi. Ya, mahasiswi setelah ia lihat ada kartu mahasiswanya. Cantik juga, katanya dalam hati ketika melihat fotonya. Ada foto yang lain. Foto mahasiswi itu dengan seorang pria. Mungkin pacarnya, gumamnya. Ia terkesiap. "Tunggu, agaknya aku kenal dengan lelaki ini." Katanya. Ia amati dengan seksama, "Benar. Ini si Bajingan Burhan itu. 0 jadi ini pacar atau calon isterinya yang lain." Ia semakin yakin ketika membaca tulisan di balik foto berukuran 6x8 itu. "Silvie bersama Mas Burhan di Sby." Ia tersenyum. Ia penasaran. Ia lihat KTP cewek itu. "Ini saatnya perhitungan ki, santriwati dari Tulungagung. Putri seorang kepala KUA. "Burhan ini benar-benar buaya! Tidak bisa dibiarkan!" Setelah mengambil uang dan KTP dari dompet korbannya ia melangkah keluar sambil menenteng tas ranselnya. Sekalian shalat Ashar ia hendak pinjam kendaraan pada Pak Abbas. Ia ingin mencari alamat yang ada di KTP itu yang kelihatannya tidak jauh dari tempat ia tinggal. Cewek itu ringgal di Villa Gratia, Parung bagian timur. Sementara dirinya ada di Parung bagian barat. Bakda Ashar ia meluncur dengan sepeda motor Pak Abbas. Tak lama ia temukan Villa Gratia itu. Perumahan elite. Pintu masuknya dijaga satpam. Ia tak jadi masuk. Ia terus saja jalan. Ia harus berpenampilan yang tidak 108
napi berkumis tebal, "Jangan pernah mengatakan sasaran
mencurigakan. Ia teringat di ranselnya ada kopiah putih yang biasa ia pakai kalau shalat. Ia pakai kopiah itu baru pakai helm. Ia lihat alamat rumah cewek itu. Jl. Flamboyan 19. Ia tersenyum. Ia sudah mantap menghadapi satpam. Ia kembali ke Villa Gratia. Ketika mau masuk satpam menghentikannya. Ia lepas helmnya, sehingga tampak ia pakai kopiah. Seketika satpam bersikap lebih ramah. "Mau ke mana Pak Ustadz? Ke rumah siapa?" tanya satpam itu. Ia tersenyum dalam hati. "Baru pakai kopiah saja langsung dipanggil ustadz. Wah boleh juga ini, aku ternyata bakat jadi ustadz juga." Batinnya. "Mm. Saya mau ke Flamboyan 17." Jawabnya mantap. Sengaja ia tidak bilang Flamboyan 19. Ia teringat pada nasiha t kita sebenarnya kepada siapapun saat observasi! Termasuk ketika bertanya atau menjawab pertanyaan." "O mau ke rumah Pak Broto ya. Jadi si Kecil Dela itu sudah mau ngaji ya Ustadz. Cepat sekali Pak Broto dapat ustadz, padahal baru kemarin sore bilang ke saya." Kata satpam itu. "Iya. Alhamdulillah. Nanti kalau dengar ada yang mencari guru ngaji bisa bilang saya ya." Ia tersenyum. "Ya, insya Allah, Ustadz, tapi komisinynya, Ustadz." "Beres, Pak." Ia lalu masuk dengan tenang. Rumah-rumah di perumahan itu mewah semua. Seperti istana. Ia masuk 109 Jalan Flamboyan. Rumah bernomor 19, luar biasa besar. Dalam hati ia berkata, "Si Burhan bajingan itu beruntung punya mertua tajir begird." Ia lalu mencari masjid.
asuk. Tak lama seorang lelaki gemuk bersarung dan
Ketemu masjidnya juga mewah dan bagus. Ia teringat kata-kata satpam tadi, "Jadi si Kecil Dela itu sudah mau ngaji ya Ustadz. Cepat sekali Pak Broto dapat ustadz, padahal baru kemarin sore bilang ke saya." Ia tersenyum. Ia berharap Pak Broto belum menemukan guru ngaji. Ia merasa harus nekat. "Mau nyopet aja perlu nekat, masak mau ngajar ngaji tidak nekat. Tak ada salahnya tho copet ngajar ngaji biar dosanya terhapus dikit-dikit." Batinnya dalam hati. Lalu dengan mantap ia memarkir sepeda motornya di depan rumah di Jalan Flamboyan no. 17. Ia pencetbel. Seorang pembantu wanita agak tua membuka pintu. "Oh, Pak Ustadz. Mau ketemu siapa?" "Pak Broto ada, Bu?" "Ada. Silakan masuk Pak Ustadz." Dengan tenang ia mberbaju koko keluar. "Oh Ustadz. Di mana kita pernah bertemu ya Pak Ustadz?" Pak Broto merasa kenal. "Mungkin di suatu masjid. Saya juga lupa Pak Broto. Gini Pak Broto langsung saja, ada yang memberitahu saya, katanya Pak Broto perlu guru pri vat ngaji untuk si Kecil Delia. Apa betul?" Syamsul menjawab dengan sangat tenang. "Benar Pak Ustadz. Sudah ada seorang guru ngaji yang datang tadi pagi tapi saya tidak cocok, sebab dia 110 tidak ada background pesantrennya. Saya ingin guru ngaji yang pemah belajar di pesantren." "Kebetulan saya dulu pernah nyantri di Kediri. Asli saya dari Pekalongan Pak Broto. Sekarang saya tinggal di perumahan di Parung bagian barat." "O ya...ya...ya. Alhamdulillah kalau begitu.
Delia juga yang pinter nyanyi." "Uda Delia ingin, Kak
Semoga si Delia mau. Sekarang tinggal Della-nya mi. Oh ya nama Pak Ustadz siapa ya? Saya lupa?" Syamsul ingin tertawa. Belum pernah bertemu tapi merasa sudah kenal. Kadang orang kaya itu aneh. "Nama saya Syamsul, Pak Broto." "O ya..ya...ya. Saya panggilkan Delia dulu. Biar segera clear urusannya." Pak Broto lalu masuk memanggil-manggil anaknya. Tak lama, ia kembali keluar bersama anak putri berumur enam tahun. "Ini Dik Delia ya?" sapa Syamsul dengan ramah. "Iya." Jawab Delia acuh tak acuh. "Kenalkan nama kakak Syamsul, panggil Kak Syamsul." "Kak Syamsul mau jadi ustadz Delia ngaji ya?" "Iya. Itu jika Delia mau berteman dengan Kak Syamsul." "Kak Syamsul bisa nyanyi nggak. Soalnya Delia inginnya tuh ustadz Syamsul nyanyi apa?" "Coba Kak Syamsul nyanyi lagu daerah dari Kalimantan!" 111 "Wah kalau itu mah kecil. Nih dengerin baik-baik ya Delia: Ampar-ampar pisang pisangku belum masak. Masak bigi dihubung bari-bari. Mangga lepak mangga lepak Patah kayu bengkok.. Syamsul lalu menyanyi dengan semangat. Delia lalu ikut bernyanyi. Begitu lagu selesai, Delia langsung berkata pada ayahnya, "Saya mau ayah. Kak Syamsul pinter." Pak Broto tersenyum, "Ya sudah kalau begitu. Ayah mau bicara sama Kak Syamsul dulu ya. Kamu masuk sana!" Delia lalu masuk dengan berlari dan berteriak, "Hore aku puny a ustadz pinter nyanyi...!" "Alhamdulillah Pak Ustadz. Seperti yang Ustadz dengar sendiri. Delia mau. Terus kontrak kita bagaimana?"
di masjid perumahan ini, Insya Allah. Setelah shal
"Saya ikut aturan bapak saja. Saya tidak meragukan profesionalitas Pak Broto." Kening Pak Broto berkerut. "Hmm baiklah. Saya samakan dengan privat pianonya Delia saja ya Ustadz?" "Saya ikut. Tolong dijelaskan detilnya." "Satu minggu empat kali pertemuan. Satu pertemuan satu setengah jam. Sehingga satu minggu ada enam jam. Satu jamnya saya hargai seratus ribu. Jadi satu minggu 112 enam ratus ribu. Dan satu bulannya dua juta empat ratus ribu. Kalau ada jam tambahan maka harga per jamnya seratus ribu. Begitu Ustadz, bagaimana?" "Sepakat." "Terus pengaturan jamnya bagaimana, Ustadz?" "Begini saja. Pak Broto saja yang bikin dengan melihat jam kegiatan Delia. Insya Allah habis ini saya ke masjid. Saya shalat Maghrib at kita bicarakan di masjid iadwalnya. Bagaimana Pak?" "Baik Pak Ustadz. Baik." "Kalau begitu saya pamit dulu." Syamsul meninggalkan rumah itu dan pergi ke masjid. Sambil menunggu ia berbincang-bincang dengan penjaga masjid. Ia banyak mendapatkan info yang berharga. Termasuk tentang penghuni rumah no.19 Jalan Flamboyan. Silvie ternyata mahasiswi jurusan ekonomi UI. Silvie anak tunggal. Ayahnya seorang pengusaha di bidang travel dan pariwisata. Namanya Pak Heru. "Pak Heru itu bisa dikatakan yang paling kaya di perumahan ini. Ia punya travel yang sudah punya cabang di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Cabang travel-nya juga ada di Singapura, Malaysia dan Arab Saudi." Begitulah penjaga masjid itu menerangkan.
ngan Pak Broto. Kesepakatan-kesepakatan ten tang h
"Hanya saja Pak Heru sedikit pelit. Kalau membantu masjid sedikit. Masihbagusan Pak Broto yang tak pernah hitungan kalau membantu." Waktu Maghrib tiba. Jamaah berdatangan. Penjaga itu yang azan dan iqamat. Saat shalat mau 113 didirikan penjaga masjid itu mempersilakan Syamsul jadi imam. Syamsul ragu dan tidak mau. Tapi Pak Broto yang sudah hadir memaksanya agar ia mau. Akhirnya ia pun jadi imam. Dalam hati ia beristighfar sebelum maju dan berkata, "Ya Rabbi apakah kau mau menerima shalat hamba-hamba-Mu yang diimami seorang pencopet?" Ia shalat dengan membaca surat-surat pendek. Bacaannya tartil. Satu tahun di pesantren cukup baginya untuk membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Usai shalat ia berbincang-bincang d eari dan jam dengan cepat tercapai. Di tengah asyiknya berbincang, Pak Heru ikut nimbrung. Pak Heru bercerita tentang musibah yang menimpa putrinya semata wayang, "Sekali ini dia naik bus kota langsung kecopetan. SIM, STNK, KTP, Kartu Mahasiswa hilang. Untung pas tidak bawa ATM. Ia juga kehilangan empat ratus ribu." Pak Broto diam mendengarkan. Demikian juga Syamsul. Dalam hati Syamsul berkata, "Pak, si Copet yang mencopet putri Bapak ada di depan Bapak." Seorang jamaah yang mendengar dari kejauhan mendekat sambil berkata, "Mungkin karena kurang zakat kali, Pak." "Masak? Kan tiap tahun harta saya sudah saya zakati 2,5 persen." "Mungkin yang kurang infak shadaqahnya. Shadaqah kan tolak balak. Bener nggak, Ustadz?" Syamsul mengangguk. 114
elulu di ruang belajar Delia. Kadang di taman. Kad
Pak Heru terdiam. Syamsul harus minta diri pulang. Sebab ia pinjam kendaraan Pak Abbas hanya sampai jam delapan malam. Dalam perjalanan ia berniat untuk taubat dan jadi manusia baik sungguhan. 115 Sejak itu Syamsul mulai menata hidupnya. la merasa jika gaji privat ngajinya cukup, maka tidak perlu lagi mencopet. Dan ia berjanji dalam hati akan mengembalikan dompet korban-korbannya ke alamatnya masing-masing. Seminggu empat kali ia mengajar Delia. Dan agar tidak mengecewakan kala mengajar, ia pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku cerita anak Islami. Dongeng-dongeng anak. Buku-buku permainan anak. Juga psikologi anak. Syamsul berusaha sebisa mungkin 117 Tiga eBook by MR. menjadikan Delia keranjingan mengaji. Tempat ngajinya tidak mang di masjid. Bahkan terkadang ia ajak jalan pakai kendaraan dan mencari daerah yang enak untuk mengaji. Pak Broto senang sekali dengan kemajuan putri bungsunya itu. Dari mulut Delia, Syamsul banyak tahu tentang Silvie. Sebab Delia diajar matematika oleh Silvie. Dan akhirnya Silvie pun kenal Syamsul. Selain mengajar Delia, Syamsul mulai mendapat tawaran mengajar anak yang lain. Ia merasa bisa hidup mandiri dari uang yang halal. Saat ia merasa ada uang lebih ia langsung menabung. Dan untuk menambah ilmu serta menguatkan statusnya, Syamsul masuk kuliah di Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta. Dengan begitu statusnya adalah mahasiswa. Ia juga berani kredit kendaraan. Karena tanpa kendaraan ia tidak bisa ke mana-mana. Suatu ketika selesai mengajar Delia ia bertemu Pak
eritahukan jatidiri saya kepada Burhan Pak? Ini demi kebaikan
Heru di masjid. Ayah Silvie itu mengajaknya berbincangbincang. "O jadi Ustadz Syamsul kenal dengan Burhan Faishal yang sekarang masih di Pesantren Al Furqon? Burhan itu calon menantu saya. Dia putra Pak Anwar pemilik percetakan besar di Pasar Rebo lho nak." "O ya Pak. Saya kenal sekali dengan dia. Kebetulan saya dan dia satu pesantren. Tapi benar, Burhan itu calon menantu Bapak?" "Benar Ustadz. Malah Nak Burhan sendiri sudah melamar Silvie." 118 "Sama keluarganya Pak?" "Ya baru bicara bilateral dengan saya. Belum dengan orangtuanya. Tapi dia sudah kasih cincin sama Silvie." "Agak aneh, yang Bapak maksud Burhan yang ada tahi lalatnya di jfdatnya?" "Iya benar." "Aneh." "Aneh apa Ustadz?" "Saya akan memberikan informasi penting. Tapi Bapak mau bersumpah untuk tidak mem bkeluarga Bapak dan keluarga Burhan?" "Info apa Ustadz?" "Info penting. Kalau Bapak tidak mau bersumpah tidak akan saya beritahu." Pak Heru penasaran. Akhirnya ia mau bersumpah menuruti syarat Syamsul. "Baik Pak. Tolong dengar baik-baik. Burhan memang santri yang cerdas. Tapi menurut saya tidak cocok, maaf, jadi menantu Bapak. Kasihan Silvie nantinya." "Kenapa bisa begitu Ustadz? Ustadz jangan lancang ya!" "Sabar dulu Pak. Tunggu saya selesai berbicara. Setahu saya Burhan Faishal itu sudah serius bertunangan dengan seorang santriwati namanya Damayanti binti Ustman. Santriwati asal Tulungagung. Saya tahu persis. Sayang saya tidak punya foto mereka berdua." 119 "Ustadz jangan memfitnah dong. Ustadz jangan main-main ya." "Begini Pak Heru. Alamat tinggal saya saat ini jelas. Pak Broto tahu siapa saya. Jadi kalau saya macammacam
jika ini salah wahai Tuhan." Meskipun dia j
Bapak bisa menindak saya. Saya sarankan Pak Heru langsung membuktikan sendiri. Jangan beritahu Silvie. Kalau Silvie diberitahu pasti akan telpon atau SMS Burhan. Dan Burhan akan berusaha menutupi kebenaran. Saya sarankan Bapak langsung ke Tulungagung. Ke rumah tunangan Burhan. Saya punya alamatnya. Baru setelah itu Bapak boleh mengambil keputusan." "Baik Ustadz. Kata-kata Ustadz saya pegang. Mana alamatnya." Syamsul menulis alamat kantor di mana ayah Damayanti kerja. "Pak Utsman, ayah Damayanti itu kepala KUA, jadi mudah mencarinya. Saya juga akan pegang sumpah Bapak. Ini hanya Bapak yang tahu." "Baik. Saya akan ke sana secepatnya. Kebetulan saya harus melihat travel saya di Surabaya." Dalam hati Syamsul berkata, "Saya tidak memfitnah Burhan. Saya hanya ingin menyelamatkan Silvie dari orang licik seperti Burhan. Ampuni saya uga mengakui ia melakukan ini juga karena didorong dendam. * * * Hari terus berjalan. Satu minggu kemudian, di suatu Ahad pagi, Syamsul sedang bincang-bincang dengan Pak Abbas mengenai kegiatan remaja masjid di dekat tempat 120 tinggalnya untuk menyambut Ramadhan. Pak Heru datang. Syamsul kaget. Jangan-jangan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, hal-hal di luar yang ia perhitungkan. Syamsul minta waktu pada Pak Abbas untuk menemui Pak Heru. "Assalamu'alaikum." Sapa Pak Heru. "Wa'alaikumussalam. Ada apa Pak Heru?" Jawab Syamsul. Pak Heru malah menangis, "Terima kasih Ustadz. Terima kasih. Kalau tidak karena info Ustadz mungkin saya akan menanggung malu besar. Dan anak saya akan tidak jelas masa depannya." "Ada apa sebenarnya Pak Heru?" "Saya sudah ke Tulungagung Ustadz. Saya sudah bertemu dengan Pak Utsman. Apa yang Ustadz
u. la langsung menelpon ke Kediri, ke kantor pengur
sampaikan benar. Pak Utsman bercerita panjang lebar tentang hubungan putrinya dengan Burhan. Sampai akhirnya, di akhir cerita Pak Utsman menangis. Karena pertunangan putrinya dengan Burhan itu harus dia putus karena akhlak Burhan yang ternyata sangat buruk. Akhir bulan kemarin Burhan dikeluarkan dari pesantren karena terbukti mencuri. Burhan sekarang sedang disel di Polres Kediri karena melukai pengurus pesantren dengan senjata tajam. Saya benar-benar menyesal percaya pada anak itu. Oleh anak itu saya dirugikan empat puluh juta. Dia bilang pinjam buat modal usaha buka toko buku di Kediri. Setelah saya cek toko itu fiktif." "Saya tidak mengira sejauh itu Burhan tergelincir. Terus Silvie gimana Pak? Apa dia sudah tahu?" 121 122 "Wa'alaikumussalam." Begitu Pak Heru pergi, Syamsul langsung lari ke wartel untuk memastikan kabar i tus pesantren. Yang menerima agaknya Lurah Pondok. "Ini siapa ya?" tanya Lurah Pondok. Syamsul malah gantian bertanya, "Ini Lurah Pondok Pesantren Al Furqon Pagu ya?" "Iya benar. Ini siapa?" "Ini alumni pesantren tahun kemarin, Kang. Aku dengar kabar ada sanrri yang disel di Polres apa benar?" "Ya benar. Karena dia mencuri dan menyerang pengurus yang akan meringkusnya." "Dia itu yang namanya siapa itu, yang berambut gondrong yang dicurigai banyak orang. Saya kok lupa?" Syamsul menyelidik. "O yang berambut gondrong itu namanya Syamsul. Yang disel bukan dia. Aduh kalau teringat dia kami jadi merasa sangat berdosa. Dia korban fitnah. Kami masih ceroboh dulu. Yang dipenjara itu Burhan." "O ya yang berambut gondrong itu Syamsul ya. Saya kok lupa. Dia korban fitnah maksudnya bagaimana?" "Dia korban fitnah perangkap si Burhan. Kami semua
i mata pesantren dan keluarganya kembali pulih. "Mes
berdosa padanya. Kami ingin minta maaf padanya. Tapi tidak tahu dia di mana sekarang?" "Sudah ke keluarganya?" "Sudah. Kami minta maaf pada mereka. Keluarganya sangat marah pada kami. Dan keluarganya 123 "Ya. Silvie sudah tahu semuanya. Sebab saya ke Tulungagung langsung mengajak dia. Dia bersyukur tahu semuanya. Dan Silvie ingin pura-pura tidak tahu. Tidak usah berkata apa-apa pada Burhan. Dalam waktu cepat Burhan pasti bebas dan pasti akan langsung datang. Setelah keluarga Damayanti memutuskan hubungan, jelas Burhan akan langsung mengejar Silvie. Saat Burhan datang itulah Silvie ingin memberinya pelajaran atas kedustaannya selama ini." Syamsul hanya manggut-manggut. la merasa dalam hal itu tidak berhak turut campur. Sekarang dia merasa lega. la berharap berita yang dibawa Pak Heru benar. Dengan demikian namanya yang telah hitam dkipun Burhan itu temanku. Dalam masalah ini saya tidak bisa ikut campur. Dan saya tidak berhak berbicara apa-apa. Saya hanya berdoa semoga semuanya jadi baik." Pelan Syamsul. "Iya Ustadz benar. Oh ya Ustadz, sekali lagi kami sekeluarga mengucapkan terima kasih atas informasinya. Kalau Ustadz ada waktu kapan-kapan setelah mengajar Delia, Ustadz bisa mampir ke rumah. Sebab ibunya Silvie ingin memberikan sesuatu pada Ustadz sebagai tanda terima kasih." "Sama-sama Pak. Sudah menjadi kewajiban seorang Muslim untuk saling menjaga dan mengingatkan." "Saya pamit dulu Ustadz." "Mari Pak Heru." "Assalamu 'alaikum." menyesal, karena Syamsul sudah lama minggat dari rumah." "Minggat dari rumah?" "Ya. Aduh saya jadi ingin menangis. Betapa kecerobohan kami telah menyengsarakannya." "Masya Allah, betapa dahsyat ya dampak fitnah itu." "Iya benar. Sangatbesar. Makanya fitnah lebih kejam
ri ia sangat rindu pada adiknya itu.
dari pembunuhan. Oh ya siapa namamu?" "Namaku Adi, Kang. Gitu dulu Kang ya. Assalamu'alaikum. Salam buat Pak Kiai." la tidak bohong. Nama lengkapnya Syamsul Hadi. Dan dia mengambil tiga huruf terakhir dari namanya, yaitu Adi. Padahal ada banyak nama Adi di pesantrennya. Lurah Pondok itu pasti tidak mengira kalau dia yang nelpon. "Biarlah mereka mencariku. Dan akan aku maafkan jika mau mencium telapak kakiku." Gumamnya sambil matanya berkaca-kaca mengingat ketika ia dipukul hingga berdarah-darah. Tangan dan kaki diikat. Dicacimaki. Digunduli. Dan dikeluarkan dengan sangat tidak hormat. Ia juga ingat keluarganya. Nadia pasti sangat bahagia mendengarnya. Ibu dan ayahnya juga. Tidak tahu kedua kakaknya. Namun ia tidak akan menelpon mereka. Ia akan pulang jika telah sukses dan jadi orang. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa mandiri. Dan bisa berhasil. Namun tidak memungk iSore itu juga ia memberi kabar singkat pada adiknya lewat telpon. Begitu adiknya mengangkat hp ia bertanya, 124 "Ini Nadia ya?" Adiknya itu menjawab "Ini siapa ya?" "Nadia ini aku. Syamsul kakakmu. Kakak memberi tahu bahwa kakak masih hidup. Kau belajar yang rajin ya. Agar hidup mulia dan bahagia. Itu saja ya. Wassalam." Langsung ia tutup. * * * Jam lima sore usai mengajar Delia, Syamsul menyempatkan diri bertandang ke rumah Pak Heru. Ia ingin menghormati tawaran Pak Heru. Syamsul disambut ramah oleh anggota keluarga itu. Bu Heru menyampaikan banyak terima kasih. Dan banyak bertanya kepada Syamsul. Di antaranya mengenai asalusul Syamsul. "Saya dari Pekalongan Bu. Dari keluarga yang biasabiasa saja. Tidak ada yang istimewa dari saya dan keluarga saya. Saya termasuk orang yang terlambat kuliah. Baru tahun ini saya kuliah. Setelah lulus SMA saya masuk pesantren." Terang Syamsul. Ia tidak mau
nya kami ingin Ustadz berangkat bersama kami. Kalau me
membuka lebih dari itu. Tidak juga bagaimana ia pernah difitnah Burhan. Juga tidak tentang dompet Silvie yang ia copet. Hanya dompet Silvie yang belum ia kembalikan. Ia berniat secepatnya mengembalikan. "Ini Ustadz sebagai tanda terima kasih. Saya ingin memberikan hadiah untuk Ustadz. Karena bisnis kami ini di bidang travel. Kami punyanya tiket. Kami ingin memberikan hadiah tiket dan akomodasi umroh kepada Ustadz, Ramadhan ini." 125 Syamsul senang sekali mendengarnya. Tapi ia teringat dengan program Ramadhan untuk remaja masjid yang telah ia rancang bersama Pak Abbas. Ia tidak mau meninggalkannya. Dengan hati berat ia menjawab, "Bukannya saya menolak, Bu. Sungguh saya ingin umroh. Namun Ramadhan ini saya punya tanggung jawab penuh mengorganisir kegiatan remaja masjid di perumahan tempat saya tinggal. Jadi maaf saya tidak bisa." Bu Heru kelihatan agak kecewa. Namun segera tersenyum, "Sebena rmang begitu ya tidak apa-apa. Nanti kami ganti lain kali yang lebih baik, insya Allah." "Ibu tidak usah memaksakan diri. Sudah menjadi kewajiban kita saling menjaga. Sudah kewajiban saya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan semampu saya. Jadi ibu tidak usah repot-repot." Pembicaraan berlanjut hingga azan Maghrib berkumandang. Bakda Maghrib ia pulang. Dan ia kembali teringat adik dan ibunya di Pekalongan. Ia berdoa semoga mereka semua dalam keadaan baik. Ia berusaha memaafkan apa yang telah dilakukan keluarganya padanya. Termasuk kedua kakaknya yang memperlihatkan rasa tidak sukanya kepadanya. Ia berharap semuanya jadi baik dan bahagia. Ia yakin ibunya sekarang pasti ingin bertemu dengannya. Namun sekali lagi ia menegaskan dalam hati, ia belum ingin pulang. Karenanya, agar ibunya tenang ia akan kirim paket hadiah kejutan. * * * 126 Empat Keesokan harinya, ia ke Pasar Ciputat. Mencari dua
Kebetulan temanya menyambut Bulan Suci Ramadhan. Lha
jilbab model terbaru. Satu untuk ibunya dan yang satu untuk Nadia. Ia juga beli kertas kado. Ia bungkus dengan rapi. Di dalam bungkusan itu ia sertakan sepucuk surat yane isinya, 127 128 Ia merasa lega. Hutang-hutangnya terasa telah terlunasi. Ia merasa siap memasuki Bulan Suci Ramadhan dengan jiwa yang lebih mantap dan dada yang lapang. Besok adalah hari terakhir bulan Sya'ban. Lusanya sudah puasa. Selesai mengirim hadiah itu ia kuliah. Dan pulang ke kontrakan menjelang Ashar. Ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur tipis yang ia gelar di atas karpet. Ia pasang beker. Ia pejamkan mata sebentar. Beberapa detik sebelum azan ia bangun dan ke masjid. Setelah shalat ia langsung meluncur ke Flamboyan 17, mengajar ngaji Delia. Selesai member! privat, ia ingin langsung pulang. Tapi ia dicegat penjaga masjid di jalan. "Ustadz Syamsul maaf mengganggu. Saya mau minta tolong. Begini, nanti malam kan pengajian rutin. sayangnya Ustadz Farid yang menjadi pembicara
a kembali teringatbahwa copet untuk berbuat jahat s
tidak bisa hadir. Tolong Ustadz gantikan ya?" Jelas penjaga masjid perumahan mewah itu. "Aduh mendadak banget ya?" "Tolonglah Ustadz. Kasihan jamaah jika tak ada yang ngisi." Ia mengerutkan dahi. Ia sebenarnya sangat capek dan letih. Juga belum persiapan. Tapi ia teringat bahwa copet untuk berbuat jahat saja berani nekat, masak untuk berbuat baik tidak berani nekat. Akhirnya ia menjawab, "Baiklah saya coba." Ia tidak jadi pulang. Ia lebih baik langsung ke masjid saja. Sampai di masjid ia dibuatkan teh hangat oleh 129 Lalu ia paketkan kilat tercatat di kantor pos. la merasa bahagia bisa mengirim hadiah itu. Pada waktu yang sama ia juga mengirim paket untuk Silvie. Isinya adalah dompet Silvie, persis seperti saat ia copet dulu. Tak kurang malah ia tambahi lima puluh ribu. Ia juga tulis surat singkat, 130 "Yang menilai kan orang lain Ustadz. Ceramah Ustadz bagus kok. Kita deal Ustadz ya. Jadwalnya besok sayaberitahu sekaligus temanya. Bagaimana Ustadz?" Iaja berani nekat masak untuk berbuat baik tidak berani nekat. Akhirnya ia menjawab, "Baiklah saya coba." " Alhamdulillah." "Nama saya Doddy Alfad. Ini kartu nama saya." Syamsul menerima kartu nama itu. * * * Sore hari berikutnya, Syamsul kembali ke Perumahan Villa Gracia. Untuk mengajar Delia dan untuk menemui Pak Doddy berkenaan dengan ceramah pagi di stasiun televisi swasta terkemuka. Seperti biasa Syamsul menunggu di masjid. Sebab janji dengan Pak Doddy adalah selepas shalat Isya. Ketika Syamsul sedang berbincang dengan penjaga masjid, Pak Heru datang. Wajahnya serius. "Ustadz, keluarga Burhan mau datang ke rumah setelah Maghrib. Apa Ustadz ikut menemui mereka?" Pak Heru memberitahu. Mau tidak mau hati Syamsul bergetar. Bagaimana tidak, ia diminta untuk menemui orang yang pernah memfitnahnya. "Tidak usah Pak. Ikut menemui dalam kapasitas saya sebagai apa? Kan tidak jelas. Bapak dan keluarga yang menemui kan sudah cukup." Jawab Syamsul berusaha tenang. 131
a dipaksa menggantikan." "Tapi bagus kok." Direktur itu
penjaga masjid. Malam itu jadilah ia mengisi ceraman di masjid yang dihadiri oleh empat ratus orang jamaah. Di antara jamaah itu ada Pak Broto, Bu Broto, Pak Heru, Bu Heru, Silvie dan orang-orang penting penghuni perumahan mewah itu. Syamsul menjelaskan bagaimana Rasulullah menyambut Ramadhan dengan persiapan prima. "Kita semua juga harus menyambut Ramadhan dengan penuh rasa cinta, bahagia. Seperti rasanya seorang kekasih menyambut datangnya kekasihnya." Katanya memberi perumpamaan. Para jamaah puas. Di antara jamaah itu ada seorang Direktur Program Religius sebuah televisi swasta terkemuka Jakarta. Isi ceramah yang ia sampaikan agaknya mengetuk kalbunya. Bapak Direktur itu mengajaknya berbincang-bincang setelah ceramah. "Gaya bahasa Ustadz enak. Diksinya enak. Timbrenya pas. Bumbunya pas. Isinya mengena. Joke-joke-nya berkualitas. Ustadz lulusan universitas mana?" tanya Bapak Direktur. "Saya masih kuliah Pak. Ini kan karena Ustadz Farid tidak datang, maka sa y lalu menawarkan kepada Syamsul untuk jadi ustadz di acara ceramah pagi. "Saya lihat Ustadz cocok. Ya satu dua kali saja selama Bulan Suci Ramadhan. Gimana Ustadz?" "Saya kuatir kalau saya belum pantas Pak." "Oh ya Ustadz benar. Ya sudah itu saja Ustadz yang ingin saya sampaikan." Pak Heru lalu kembali pulang. Syamsul berkata, "Lho Pak tidak shalat Maghrib berjamaah di masjid?" "Sebentar saya ganti baju dan ambil peci." Sahut Pak Heru sambil tersenyum. Syamsul memandang pemilik perusahaan travel itu dengan tersenyum pula. Syamsul kembali ke ruang takmir melanjutkan perbincangan dengan penjaga masjid. "Kenapa Pak Heru kok sekarang berubah sejak bertemu dengan Ustadz?" kata penjaga masjid. "Berubah bagaimana?" "Berubah lebih rendah hati. Lebih sering ke masjid. Dan sif at pelitnya sedikit berkurang." "Itu bukan karena bertemu dengan saya Pak. Tapi memang sudah saatnya berubah. Manusia kan berproses. Umar bin Khattab saja untuk jadi baik kan juga ada prosesnya." Penjaga masjid itu manggut-manggut. "Ustadz benar."
ah." Tapi ia menghibur hatinya bahwa pa
Azan Maghrib dikumandangkan dan Syamsul kembali didaulat jadi imam. Ketika ia meluruskan barisan ia kaget. Sepintas ia melihat Burhan masuk masjid diikuti keluarganya. Ia tetap mengendalikan hati. Setelah istighfar tiga kali untuk menyucikan dan menyejukkan hati, barulah ia takbiratul ikhram. Di rakaat pertama ia membaca Asy Syams dan di rakaat kedua membaca Az Zilzalah. Ia meneteskan airmata ketika membaca faman ya'mal mitsqala dzarratin khairan yarah wa man ya'mal mitsqala dzarratin syarran yarah. Selesai shalat dan zikir, Syamsul memberikan kultum. Ia mengulas dua ayat terakhir surat Az Zilzalah yang baru saja ia baca. Burhan yang jadi makmum dan jadi pendengar nyaris tidak percaya dengan yang ia dengar. Dalam hati ia berkata, "Bagaimana mungkin si Syamsul yang telah hancur itu bisa jadi penceramah? Bagaimana ceritanya ia sampai di sini? Apakah dia sudah tahu perkembangan terbaru yang terjadi di pesantren?" Ada sedikit kekuatiran dan kecemasan yang menyusup dalam hatinya. "Kalau ia sudah tahu bisa bikin masa lsti Syamsul tidak tahu. Dan Syamsul tidak mungkin bertindak bodoh, sebab ia sedang jadi imam. Kalaupun Syamsul sudah tahu apa yang terjadi di pesantren, anggapannya, Syamsul pasti tidak tahu hubungan dirinya dengan Silvie. Putri Pak Heru yang kaya raya itu. Selesai kultum Syamsul langsung keluar masjid dengan tenang. Ia melangkah di samping Burhan. Ia pura-pura tidak tahu. Burhan berdiri mendekatinya dan berjalan di sampingnya, membisikkan sesuatu untuk memancing emosi Syamsul. Bisikan itu hanya Syamsul yang dengar, "Hai maling, gimana ceritanya kau bisa jadi imam di sini? Apa sah shalatnya makmum yang diimami seorang penjahat? Nanti kalau aku jadi orang sini 132 133 sebaiknya kauangkat kaki sebelum diusir dengan tidak terhormat kedua kali!?" Bergemuruh dada Syamsul mendengarnya. Amarahnya membara. Emosinya sudah di ubun-ubun kepala. la siap membalas dengan serangan yang lebih dahsyat. Belum sempat ia bicara Delia memanggilnya, "Ustadz Syamsul... Ustadz Syamsul?" Suara Delia itu meluruhkan amarahnya. Menyejukkan hatinya.
tanya Syamsul sambil mendekatkan ke telinganya.
"Ada apa Delia?" Jawab Syamsul langsung menengok ke arah Delia yang berjalan cepat ke arahnya. Ia tidak memperhatikan Syamsul. Burhan yang masih di samping Syamsul, ikut memandang Delia. "Mau minta tanda tangan. Ini tugas dari Bu Guru agama." "Oyasini." Syamsul menerima buku tugas dan pena dari Delia dan menandatanganinya. "Sudah?" tanya Syamsul. "Masih ada satu lagi." Kata Delia. Burhan masih belum beranjak. Masih memperhatikan. "Apa?" tanya Syamsul. "Ada pesan dari Mbak Silvie?" Syamsul langsung merasa mendapat senjata unruk menjawab bisikan Burhan yang sungguh menghina. Untuk lebih menyerang Burhan yang ada di sampingnya Syamsul pura-pura tanya pada Delia, "Silvie yang mana?" 134 "Itu lho Ustadz, Mbak Silvie putrinya Pak Heru. Yang biasa kasih privat matematika." Lalu sambil berjongkok, seolah ingin memperhatikan pesan dengan serius Syamsul melirihkan suara, dengan bertanya, "Mbak Silvie yang cantik itu?" Delia mengangguk-angguk sambil tersenyum. Burhan yang mendengar hal itu hatinya terbakar luar biasa. "Pesannya apa? " Burhan didera rasa penasaran yang luar biasa. Delia mendekatkan mulutnya dan membisikkan beberapa kata ke telinga Syamsul. Seketika Syamsul berkata, "Yang benar?" "Benar. Delia berani sumpah mati!" "Ya ya Ustadz percaya. Sampaikan pada Mbak Silvie: Ustadz juga sama gitu ya?" "Baik Ustadz. Cihui... Ustadz juga sama... Ustadz juga sama!" Delia berlari ke arah jamaah putri. Burhan tidak bisa menyembunyikan cemburunya. la langsung bertanya pada Syamsul, "Kau kenal Silvie?" "Maaf itu bukan urusanmu Sobat. Maaf saya tergesagesa. Saya harus ngisi di tempat lain." Syamsul langsung berjalan cepat ke arah sepeda motornya. la pura-pura sibuk. la nyalakan sepeda motornya. Sampai di jalan ia teringat janji dengan Pak Doddy setelah Isya. Ia berpikir langsung saja ke rumah Pak Doddy. Sementara Burhan masih dibakar amarah 135 dan cemburu. la ingin cepat-cepat sampai ke rumah Pak Heru. Dan melampiaskan marahnya pada Silvie. la ingin menanyakan apa yang disampaikan pada Syamsul itu. "Awas kau Silvie!" * * * Burhan dan keluarganya sampai di rumah Silvie.
unggu." Jawab Pak Heru tenang. Burhan mendengar hal itu
Rombongan dua mobil dari Pasar Rebo itu disambut dengan ramah oleh Pak Heru, Bu Heru, Silvie, Pak Broto dan Mas Budi, satpam penjaga pintu gerbang perumahan yang sedang tidak tugas. Mas Budi memakai baju takwa, sebab bakda shalat Maghrib langsung digandeng Pak Heru. Silvie bersikap tenang dengan jilbab merah jambunya. Dalam balutan jilbab mahasiswi ekonomi UI tampak begitu anggun. Ibunda Burhan memuji kecantikan Silvie. Dan Silvie hanya tersenyum saja. Dialog dua keluarga terjadi. Di tengah dialog, Burhan minta waktu pada Silvie untuk bicara berdua. Burhan ingin melampiaskan kemarahannya. Tapi dengan halus Silvie menolak. Burhan tampak kecewa. Pembicaraan terus berlanjut, "Sebagaimana Pak Heru ketahui, Burhan dan Silvie sudah lama saling mengenal. Burhan juga, katanya, telah memberikan cincin pengikat kepada Silvie. Kedatangan keluarga kami ini ingin menguatkan ikatan itu secara resmi. Dalam bahasa transparannya kami ingin meminang Silvie untuk Burhan." Jelas Ayah Burhan dengan sangat tenang dan penuh keyakinan. "Inilah yang kami tunggu- t dengan kebahagiaan yang sulit digambarkan. 136 Namun Pak Heru melanjutkan, "Sebenarnya saya dan keluarga ingin ke rumah Pak Anwar. Hanya saja ternyata kami didahului. Keluarga Pak Anwar lebih dulu datang. Kami senang dengan kedatangan ini. Karena Pak Anwar memakai bahasa transparan. Maka saya juga akan menjawab dengan bahasa transparan. Dengan segala kerendahan hati saya selaku ayah Silvie menyampaikan. Saya tidak bisa menerima lamaran Pak Anwar untuk Burhan. Karena satu dan lain hal yang semoga kita sama-sama bisa memakluminya. Mohon maaf jika keputusan ini kurang berkenan." Burhan dan keluarganya tersentak kaget bukan kepalang. "Apa saya tidak salah dengar Pak?!" seru Burhan spontan sambil berdiri. Karena yang berbicara Burhan, Silvie langsung menukas, "Tidak!" "Apa?!" Burhan mengulang dengan sedikit lebih keras. "Apa telingamu bermasalah, Bung. Ayahku cukup berbicara satu kali. Tak perlu diulang. Ini cincin dustamu itu saya kembalikan! Dasar santri bajingan!" Darah muda Silvie bergolak. la yang biasanya berbicara lembut saat itu amarahnya meledak. Pak Anwar yang sebenarnya marah mencoba
na mencuri dan memfitnah orang! Dipenjara karena mel
meredakan suasana yang sama sekali jauh dari yang ia bayangkan itu. "Sebentar-sebentar, masalah sebenarnya apa? Kenapa Pak Heru menolak. Tolong bisa dijelaskan. Mari kita berdialog dengan kepala dingin. Mungkin ada salah paham." 137 "Saya ingin Pak Anwar menerima dan menghargai keputusan kami. Meskipun tanpa alasan sama sekali. Toh sebenarnya antara Silvie dan Burhan tak ada ikatan apaapa secara agama. Saya tidak perlu menjelaskan. Kiranya Pak Anwar pasti sudah mengerti alasan kami. Kalau kami menjelaskan nanti malah semakin tidak enak." Jawab Pak Heru tenang. "Tidak bisa Pak! Tidak bisa menolak tanpa alasan. Tolong jelaskan! Atau jangan-jangan saya tidak diterima karena Silvie sudah tidak layak bagi saya!" tukas Burhan. "Burhan, kalau bicara yang sopan! Silvie sudah tidak layak bagaimana? Apa maksudmu?" seru Pak Anwar, ayah Burhan. "Ya sekarang kan zaman edan. Bisa saja tho Silvie sudah hamil dengan pria lain misalnya?" Jawaban Burhan itu membuat emosi Silvie tak tertahankan, "Tutup mulutmu, Bajingan! Aku sudah tahu siapa kamu? Kau tak lebih dari sampah busuk! Dikeluarkan dari pesantren kar eukai orang. Penipu ulung, mana modal empat puluh juta yang kaupinjam untuk toko bukumu itu. Toko buku fiktif. Terus bagaimana dengan Dalmayanti? Setelah kau ditolak di Tulungagung kau lari ke sini. Jika sampah itu telah dibuang dari pesantren dan tidak diterima di mana-mana apa kami harus menerima. Bukankah lebih baik sampah itu didaurulang dulu agar berguna. Kalian ini ingin dihormati tapi tidak bisa menghormati. Dan kau Pak Anwar, sudah tahu anaknya sampah masih juga tidak tahu diri! Mungkin 138 kalian tidak percaya yang saya sampaikan! Masih ingin bukti? Ini!" Silvie melempar Koran. Koran itu mcnggeletak di meja. Ada sebuah judul yang tertera jeas: DIPENJARA KARENA KEJAHATAN DI PESANTREN. Dan terpampang jelas foto Burhan yang gundul. Melihat hal itu Pak Anwar dan isterinya langsung pucat pasi. Mereka sangat malu. "Hei, Maling, apa kaukira bisa menipu kami bahwa gundulmu itu karena umroh, bukan karena digunduli di pesantren!" Kata-kata Silvie sangat mengguncang Burhan. la tidak kuasa menahan amarahnya. "Kurang ajar kau! Berani menghina aku ya!" Dan., plak! Dengan cepat Burhan menempeleng Silvie. Kejadian
bu-abu berkata pada Pak Anwar dengan kesal ber
itu sungguh tidak diduga. Burhan kembali Ingin menghajar Silvie. Namun Mas Budi cepat bertindak. la segera mengatasi Burhan. Burhan melawan, tapi Mas Budi yang jago karate itu dengan mudah melumpuhkannya. Mulut Silvie berdarah. Sambil meringis ia berkata, "Saya tidak terima. Ini harus diproses hukum!" Pak Anwar, dengan berlinang airmata berkata terbata, "Nak Silvie, Pak Heru dan Bu Heru maafkan kami. Sungguh kami sangat terpukul.Baru kali ini kami tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan anak kami. Selama ini kami percaya penuh padanya. Kami memang kurang kontrol dan terlalu memanjakannya. Saya tidak 139 tahu dengan apa yang telah diperbuatnya sampai dia dikeluarkan dari pesantren dan dipenjara. Saya juga tidak tahu perihal penipuannya. Maafkan kami. Tapi tolong jangan laporkan Burhan ke polisi. Saya minta..." Silvie menggeleng. "Tindak kejahatan harus diproses oleh hukum!" Silvie lalu minta Mas Budi mengamankan Burhan. Burhan langsung digelandang ke pos satpam. Di pos satpam, Burhan diberi pelajaran tambahan oleh dua orang satpam. Keluarga Burhan pulang dengan membawa malu luar biasa. Seorang lelaki berjas acampur marah, "Saya sangat malu pada Pak Heru. Pak Heru itu teman baik saya di SMA. Saya jadi tahu kenapa tadi Pak Heru pura-pura tidak kenal saya. Itu gara-gara ternyata saya mengantar seorang penjahat ke rumahnya. Mengantar seorang penjahat untuk melamar anaknya. Saya malu Pak Anwar! Sejak sekarang hubungan bisnis kita putus!" Ketika polisi datang mengambil Burhan dari pos satpam, di saat yang sama Syamsul mengambil jadwalnya dari Pak Doddy dan ia meneken kontrak tayang di televis. Tanda tangannya bersanding dengan tanda tangan orang penting di stasiun televisi itu. Angin yang bertiup spoi-spoi seolah mengalunkan firman Allah, faman ya'mal mitsqala dzarratin khairan yarah zva man ya'mal mitsqala dzarratin syarran yarah. 140 Ramadhan tiba. Kaum Muslimin menyambutnya dengan penuh bahagia. Syamsul sibuk dengan jadwalnya: mendampingi kegiatan remaja masjid, imam tarawih, privat, kuliah, ceramah, dan shooting ceramah di televisi. Ia muncul di televisi dua kali selama Ramadhan. Tanggal 9 Ramadhan dan tanggal 27 Ramadhan. Ia mempersiapkan ceramahnya dengan sungguh-sungguh. Ia ajak remaja masjid untuk menyertainya latihan.
baik oleh Pak Heru dan Bu Heru. "Baiklah kita datangi
Seolah-olah di studio. Mereka sebagai audiens nya. Ia minta masukan dan kritikan. Sampai menemukan bentuk dan performa terbaik. Tanggal 8 Ramadhan ia menelpon Nadia adiknya. Ia meminta untuk nonton ceramah pagidi stasiun televisi Ajam D. "Jangan sampai tidak nonton. Kakak ikut dalam pengajian itu. Ia tidak mengatakan sebagai pembicaranya. Beritahu ayah, ibu dan kakak ya." Ia juga menelpon pesantrennya. Kepada kurah Pesantren ia bilang, "Kang tolong besok seluruh santri nonton ceramah pagi distasiun televisi A jam D. Pengisinya seorang Ustadz muda alumnus pesantren kita. Jangan lupa sampaikan pada Pak Kiai." Ia tidak bilang itu dirinya. la masih mengaku sebagai Adi. Seperti di telpon sebelumnya. Pada hari H, ia tampil dengan sangat prima di televisi. Ceramahnya hidup. Direktur Program dan para kru televisi memuji. Di Pekalongan, adiknya Nadia, ibunya, ayahnya dan kedua kakaknya menangis. Demikian juga di pesantrennya. 141 Di Flamboyan 19 Silvie menyaksikan dengan hati penuh cinta. Tanpa sadar, ia berucap, "Orang seperti ini yang kudamba. Sederhana. Rendah hati. Namun penuh potensi!" Kata-kata Silvie itu didengar dengan Ustadz Syamsul nanti sore sebelum kita terlambat. Semoga dia belum punya calon." Kata Pak Heru menukas. Silvie terkesiap mendengarnya. Lalu hatinya berbuhga-bunga. Ia mengamini doa ayahnya. Dalam hati ia berharap di Bulan Suci Ramadhan ini ia mendapatkan cinta sejatinya. Sejenak pikirannya berkelebat, teringat pada pesan sebuah buku yang pernah dibacanya, "Cinta adalah sesuatu yang menakjubkan. Kamu tidak perlu mengambilnya dari seseorang untuk memberikannya kepada orang lain. Kamu selalu memilikinya lebih dari cukup untuk diberikan kepada orang lain." Silvie teringat pesan itu. Ia ingin memberikan cintanya kepada Ustadz Syamsul. Karena ia yakin, ia benar-benar memiliki cinta untuk diberikan kepada Ustadz Syamsul, ustadz idaman yang kini memenuhi ruang hatinya. * * * Sidang pembaca yang dirahmati oleh Allah Swt. Bagaimanakah kisah cinta Silvie dan Syamsul selanjutnya? Akankah Syamsul menerima lamaran si Silvie? Bagaimanakah kehidupan Syamsul selanjutnya? Akankah ia makin sukses di kehidupannya mendatang? Dan Bagaimanakah kelanjutan cerita Syamsul seleng- 142 kapnya? Bagaimana sikap keluarga dan pesantrennya yang dulu mengusirnya? Temukan saja jawabannya di
edisi romannya: DALAM MIHRAB CINTA, yang semoga bisa segera diluncurkan. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk beramal kebaikan di dunia ini untuk bekal kelak di akhirat nanti: faman ya'mal mitsqala dzarratin khairaii yarah wa man ya'mal mitsqala dzarratin syarran yarah. Candiwesi, Salatiga-Pesantren Basmala, Semarang-Malaya University, Malaysia, 17 Agustus 2006 - 27 Desember 2006. 143
* * *