Jumat, 02 Maret 2012

Posted by Byyou Pradana On 13.22
Perlu disadari bahwa otak manusia beranalogi dengan mata pisau. Semakin sering diasah akan semakin tajam ia. Kenalkah anda dengan mantan presiden ke-3 RI??? Presiden ketiga Republik Indonesia,yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.





 Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.



Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.



Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cumlaude.

Seorang BJ Habibie mengaku tidak pernah menyontek dengan cara apapun dalam berbagai ujian. Ia telah membekali dirinya dengan belajar keras, jauh sebelum ujian berlangsung. Beliau merasa malaikat selalu ada di sekatnya mencatat segala perbuatan dosa setiap manusia meski perbuatan dosa itu dilakukan hanya sekecil biji sawi. Prinsip itulah yang mengantarkannya menjadi salah seorang dalam sepuluh besar manusia terpintar di dunia.
Belajar dari prinsip beliau dan orang-orang pintar lainnya,seorang pelajar seharusnya menjauhkan kebiasaan menyontek dalam ujian. Pelajar harus mampu menegakkan sikap jujur dan sportif tanpa harus melakukan kecurangan dalam berbagai ujian.

0 komentar:

Posting Komentar