Kamis, 20 Oktober 2011

Posted by Byyou Pradana On 12.07

A.REZEKI YANG HALAL

Setiap manusia tentu memerlukan rezeki berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kenderaan dan keperluan-keperluan hidup lainnya. Untuk itu, manusia mesti mencari nafkah dengan berbagai usaha yang halal. Bagi seorang muslim, mencari rezeki secara halal merupakan salah satu prinsip hidup yang sangat asas.

Kita tentunya mengharapkan dalam usaha mencari rezeki :
1.Banyak yang boleh kita perolehi.
2.Mudah mendapatkannya.
3.Halal dari segi status hukumnya.

Keinginan untuk memperolehi rezeki yang halal merupakan ciri kehidupan yang baik, maka Allah SWT mencintai orang yang demikian sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah cinta (senang) melihat hambaNya penat lelah dalam mencari yang halal.” (HR Ad Dailami)


B. QANAAH

Ketika rezeki yang halal sudah kita perolehi, orang yang mencapai darjat kehidupan yang baik adalah sentiasa qanaah atau menerima rezeki itu dengan senang hati meskipun jumlahnya belum mencukupi. Jumlah yang kita perolehi tidak selalunya mencukupi apalagi melebihi dari apa yang kita inginkan.
Sikap yang bagus adalah menerima dulu apa yang kita perolehi, sedangkan kekurangannya boleh kita cari lagi.Orang yang tidak qanaah tidak menghargai susah payahnya sendiri kerana ia merasa sudah berusaha namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Bila usaha sendiri saja pun sudah tidak dapat dihargai, apalagi usaha orang lain?

C.KEBAHAGIAAN

Bagi seorang mukmin, ukuran kebahagiaan bukanlah hanya semata-mata dari aspek duniawi, tapi yang terpenting adalah bila ia boleh menjalani kehidupan dalam kerangka pengabdian dan ketaatan kepada Allah SWT. Oleh kerana itu, apabila seseorang sudah beriman dan beramal sholeh, ia akan merasakan kebahagiaan kerana kehidupannya di dunia memberi sumbangan manfaat kebaikan, sedangkan di akhirat nanti akan dimasukkan ke dalam syurga dan ini merupakan kebahagiaan yang tidak ada bandingan dengan apapun jua.

Sebaliknya bila seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Islam apalagi sampai merugikan orang lain, maka tidak ada kebahagiaan yang ia rasakan, tapi justeru hidupnya diliputi oleh kegelisahan dan kekhuatiran, tidak hanya dalam konteks kehidupan dunia tapi juga kehidupan akhirat yang tidak memiliki harapan yang cerah bagi kebahagiaan.


D.KETENANGAN

Bagi seorang muslim, dosa membuatkan kehidupan menjadi tidak tenang. Oleh itu, dengan iman dan amal sholeh, kehidupan yang kita jalani insyaAllah terhindar dari dosa yang membuatkan kita menjadi tenang dan ini merupakan salah satu unsur asas “Hayatan Thayyibah” yang amat penting untuk kita miliki. Dosa menjadi faktor kegelisahan sebagaimana yang disebut dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau perkara itu diketahui oleh orang lain.” (HR Ahmad)

Bagi mukmin sejati, keadaan enak dan tidak enak merupakan ujian yang mesti dihadapi sehingga ia tidak takut dengan apa-apa kemungkinan perkara-perkara yang tidak menyenangkan berlaku pada diri dan keluarganya. Sesukar manapun pasti ada jalan keluar dan kemudahan.

E.RIDHA

Kehidupan yang baik bagi seorang muslim tercermin pada sikap ridhanya kepada Allah swt sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul yang diyakini dan diteladani dalam kehidupan ini.

Sikap ini merupakan sesuatu yang amat penting sehingga ia mampu melaksanakan ajaran Islam dengan senang hati dan penuh penghayatan dan sikap seperti inilah yang memastikan seorang muslim akan dimasukkan oleh Allah swt ke dalam syurga sebagaimana dalam satu hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabi dan RasulNya, wajib baginya syurga.” (HR Muslim)

F.SYUKUR

Sudah pasti bagi manusia adanya kenikmatan yang diperolehinya dalam hidup ini sehingga kehidupan yang baik menuntutnya untuk bersyukur kepada Allah SWT.

Ketika menafsirkan ayat :
“Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS Ibrahim : 7)
Sayyid Qutb mengemukan bahwa ada dua prinsip bersyukur :

1.Sebagai bukti bagi lurusnya kayu ukur dalam jiwa manusia. Kebajikan itu mesti disyukuri,       sebab syukur adalah balasan semulajadinya dalam fitrah yang lurus.

2,Jiwa yang bersyukur akan sentiasa bermuraqabah (mendekatkan diri kepada Allah SWT) dalam menggunakan nikmat yang diberikannya itu.

Seterusnya beliau menyatakan bahwa prinsip bersyukur seperti di atas boleh memberikan empat manfaat yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim iaitu :
a.Mensucikan jiwa.
b.Mendorong jiwa untuk beramal soleh.
c.Menjadikan orang lain ridha.
d.Memperbaiki serta memperlancarkan interaksi sosial.


G.SABAR

Sabar adalah menahan dan mengekang diri dari melakukan perkara-perkara yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT kerana mencari ridhaNya.

Orang yang hidupnya baik tidak mungkin melepaskan sifat sabar dari dirinya, apalagi dalam situasi sukar dan oleh kerana itulah Allah swt mencintai siapa sahaja yang sabar.

  Allah SWT berfirman :
“Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada manusia), dan Allah mencintai orang yang sabar.” (QS Ali Imran : 146)

Oleh yang demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa kehidupan yang baik tidak hanya membawa kebaikan bagi dirinya, tapi juga kebaikan bagi orang lain bahkan terhadap alam semesta.









BAB IV
KESIMPULAN

Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal sholih harus disertai iman.
Kepada orang yang memadukan antara iman dan amal sholih, Allah memberitahukan dan menjanjikan kehidupan yang baik di dunia dan pahala yang baik di dunia dan akhirat. Sebabnya jelas. Karena, orang-orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang benar lagi membuahkan amal sholih yang mampu memperbaiki hati, akhlak, urusan duniawi dan ukhrawi, mereka memiliki prinsip-prinsip mendasar dalam menyambut datangnya kesenangan dan kegembiraan, ataupun datangnya keguncangan, kegundahan dan kesedihan.
Kemudian Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 97 berjanji bahwa Allah SWT benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dalam dunia kepada hamba Nya baik laki-laki maupun perempuan yang mengerjakan amal shaleh yaitu segala amal yang mengikuti petunjuk Alquran dan Sunah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.
Firman Allah mengenai janjinya yaitu terdapat dalam surat An Nisa 122 dan Ar Ruum 60 :
وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلًا
Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ?” (An Nisaa: 122)

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ        
“Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (Ar Ruum: 60)